Persekutuan dalam kasih sebagai
buah dari ibadah
Ibadah Minggu 6 September 2020 dilayani oleh Pdt. Maranatha Aji Kusuma , S.Pd.K
IBADAH PAGI
Shalom
Bulan September, bagi gereja
dalam lingkup GKJ, disepakati
sebagai Bulan Katekese Liturgi.
Kalau kita berbicara tentang liturgi,
apa yang muncul dibenak kita?
Seringkali istilah liturgi dipahami
sebagai urut-urutan atau
peraturan dalam ibadah. Tak jarang,
ketika ibadah akan dimulai, ada
yang bertanya,”Liturginya mana?”
Padahal kalau kita memahami lebih
mendalam, liturgi tidaklah
sedangkal itu. Yang benar adalah
bahwa liturgi menunjuk pada
ibadah itu sendiri.
Kalau dilihat dari asal katanya,
kata “ibadah” berasal dari
bahasa Ibrani avodah, dengan kata
dasar ebed, yang artinya hamba.
Jadi beribadah adalah perjumpaan
para hamba dengan Allah, Sang
Tuan. Dalam bahasa Indonesia,
istilah yang dipakai adalah “kebaktian”
dari kata “bakti”, atau dalam
bahasa Jawa “bekti”. Orang yang
beribadah adalah orang yang
berbakti atau menyerahkan diri
sebagai seorang hamba kepada
Tuhan.
Dalam pemahaman iman Kristen,
ibadah merupakan sebuah
perayaan misteri karya
keselamatan Allah dalam Tuhan Yesus
Kristus. Dasar dari ibadah kita
adalah karya penyelamatan Allah
yang telah dikerjakan oleh Tuhan
Yesus, dan kita merayakannya
dengan syukur. Karya keselamatan
Allah ini harus dirayakanoleh
seluruh umat. Hal itu juga yang
dinyatakan dalam kitab Keluaran
12:1-14. Segenap umat harus
melakukan apa yang diperintahkan
oleh Tuhan. Tak ada satu pun yang
ditinggalkan. Melalui perayaan
ini Allah, Sang Penyelamat,
menyatakan karya pembebasan
danmembentuk bangsa Israel
sebagai komunitas umat beriman.
Karenanya, ibadah merupakan
puncak yang dituju oleh kegiatan
gereja serta menjadi sumber daya
kekuatan gereja. Bahkan ibadah
menjadi kekuatan yang mendorong
gereja untuk mencerminkan
diri sebagai persekutuan yang
telah diselamatkan. Persekutuan
yang telah menerima kasih Allah
dan dipanggil untuk menyatakan
kasih di antara yang satu dengan
yang lain.
Belajar dari Paskah yang di tulis keluaran 12:1-14, kesaksian atau
pengalaman iman bangsa Israel, merupakan
peristiwa yang sangat penting.
Paskah mengingatkan bangsa
Israel akan karya penyelamatan
Allah;ketika mereka dibebaskan
dari perbudakan, ketika awal
kehidupan baru sebagai bangsa
yang merdeka dimulai, ketika masa
kelam harus ditinggalkan.
Karenanya, bangsa Israel harus
bersiap memasuki babak baru.
Melalui Keluaran 12:1-14, ada
beberapa hal penting yang harus
diperhatikan:
1. Kesatuan Jemaat
Paskah harus dirayakan oleh
seluruh umat (Keluaran
12:3,6). Segenap umat harus
melakukan yang diperintahkan
oleh Tuhan. Tak ada satu pun yang
ditinggalkan.
2. Mengenang
Tuhan memerintahkan bangsa Israel
agar Paskah
dirayakan setiap tahun untuk
mengingatkan mereka akan
karya penyelamatanTuhan yang
telah membebaskan mereka
dari perbudakan.
Mazmur 149
Mazmur ini merupakan ungkapan
sukacita untuk memuji
Tuhan (ayat 1-2). Undangan untuk
memuji Tuhan diungkapkan
dengan semangat yang meluap-luap.
Israel diundang untuk
menyanyikan “nyanyian baru” (ayat
1). Agaknya nyanyian baru
ini menunjuk pada keselamatan
yang akan datang. Tuhan adalah
Raja atas Israel karena Dialah
yang menjadikan mereka (ayat 2).
Sebagai umat pilihan Allah,
Israel adalah orang saleh yang mendapat
kasih karunia Tuhan.
Belajar dari pujian bertemu
kasihNya
Matius 18:15-20
Perikop ini merupakan nasihat
Tuhan Yesus kepada para murid
tentang cara hidup sebagai
komunitas orang percaya. Melalui
perikop ini Tuhan Yesus
menegaskan bahwa ciri utama dari sebuah
persekutuan orang beriman adalah
cinta kasih. Mencintai berarti
saling terlibat, saling memiliki,
ada kesediaan saling mendukung.
Harus disadari bahwa
ibadah yang dimaksud di sini
tidak hanya ibadah yang kita
lakukan pada hari Minggu. Setiap
hari, hidup kita adalah wujud
ibadah kepada Tuhan. Oleh karena itu,
mari kita wujudkan ibadah
kita dengan membangun persekutuan
yang saling menguatkan,
saling peduli, saling terlibat,
dan saling bertanggung jawab. Amin.