Sabtu, 19 September 2020

Menjadi komunitas yang mengampuni (Keluaran 14:19-31 ; Matius 18:21-35) ibadah Minggu GKJ Bangsa 13 September 2020 dilayani Oleh Pdt. Maranatha Aji Kusuma,S.Pd.K

 

Menjadi komunitas yang mengampuni

Menghayati dan mewujudkan ibadah dengan kesediaan untuk hidup saling mengampuni.

(Keluaran 14:19-31 ; Matius 18:21-35)

ibadah Minggu GKJ Bangsa 13 September 2020 dilayani Oleh Pdt. Maranatha Aji Kusuma,S.Pd.K

 



Diawali dengan Pujian “Hidup Ini Adalah Kesempatan”

Kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan adalah kemurahan yang besar dari Tuhan. Bagaimana tidak, bukankah kita tidak layak untuk datang kepada-Nya karena dosa kita? Namun, demikian Tuhan masih berkenan untuk mengundang, menyapa, dan hadir untuk menyertai kita. Bahkan, sebagai bentuk kemurahan-Nya, Dia melayakkan kita dengan mengampuni dosa kita. Namun, meskipun kita diundang, dilayakkan, dan diampuni, bukan berarti kita pasif. Kita juga bertindak aktif dengan mengakui dosa kita. Lebih lanjut, kita juga dipanggil untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Menerima pengampunan dan mengampuni adalah tindakan yang tidak bisa dipisahkankarena Tuhan tidak akan mengampuni kesalahan kita kalau kita tidak mengampuni orang yang bersalah dengan kita (Matius 8:35). Matius 6:14-15 juga menyatakan: ”Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Pengampunan adalah bukti kemurahan Allah. Kita yang sudah mendapatkan kemurahan, dipanggil untuk menyatakan kemurahan itu dengan mengampuni kesalahan orang lain tanpa batas.

Mari kita belajar dalam Keluaran 14 : 19 – 31 dalam bagian ini menceritakan perjalanan bangsa Isael keluar dari Mesir dengan penyertaan Tuhan. Perjalanan keluar dari Mesir adalah perjalanan keluar dari perbudakan menuju pembebasan; perjalanan menuju kehidupan baru sebagai umat Allah. Dalam perikop ini, Allah sungguh hadir dalam perjalanan umat Israel dengan cara yang sangat dahsyat. Ketika mereka keluar dari Mesir, malaikat Tuhan menyertai, tiang awan menaungi. Atas penyertaan Tuhan, Laut Teberau terkuak sehingga bangsa Israel menyeberainya

dalam kondisi kering. Ketika orang Mesir mengejar mereka, Tuhan mengacaukannya. Bahkan atas perintah Tuhan, Musa mengulurkan tangannya ke atas laut sehingga berbaliklah air laut menuju tentara Mesir dan kerata kudanya. Tak ada satu pun tentara Mesir yang selamat. Menyaksikan perbuatan dahsyat dari Tuhan tersebut, orang Israel takut dan percaya kepada Tuhan.

Mari kita juga belajar dari matius 18 : 22 : 35 perikop ini merupakan ajaran Tuhan Yesus tentang pengampunan. Mengampuni orang yang bersalah itu semestinya tidak ada batasnya. Ajaran Tuhan Yesus ini memberi perspektif baru bagi para murid. Terlebih sering ada ungkapan bahwa kesabaran ada batasnya. Hal inilah yang ditanyakan Petrus kepada Tuhan Yesus: ”Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Apakah kalau kesalahannya berkali-kali harus diampuni terus?

 

Kita sering terjatuh. Namun, Tuhan senantiasa menyatakan kemurahan. Pengalaman ini juga dirasakan oleh bangsa Isreal. Israel diangkat, dibebaskan, dituntun menuju tanah perjanjian. Kalau Tuhan sedemikian menyatakan kasihnya kepada kita, dengan karya pengampunan yang tanpa batas, kita pun dipanggil untuk mengampuni. Jika kita rela mengampuni, maka kita memperlihatkan gambar Allah yang nyata pada orang yang kita ampuni. Mengampuni menuntut kemampuan untuk mengatasi kecenderungan untuk membalas, membutuhkan kerendahan hati, kesabaran, dan rahmat Tuhan. Melalui perumpamaan ini Tuhan mengingatkan adanya konsekuensi yang serius apabila kita tidak meneruskan pengampunan Allah kepada sesama yang bersalah kepada kita. Pada penghakiman terakhir, Tuhan tidak akan mengampuni orang yang tidak rela mengampuni sesamanya. Amin.

 
KLIK TOMBOL HIJAU INI UNTUK BERTANYA KONSULTASI DENGAN PENDETA GKJ BANGSA VIA WHATSAPP - 085228765288
wa