SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA BANGSA
Pada tahun 1927 ada seorang pedagang/penjual
buku keliling dari Purbalingga bernama Bapak Tirtanom datang ke Grumbul Kubang
Desa Karangsari. Di Grumbul Kubang ini Bapak Tirtanom bertemu dengan tiga
keluarga, yaitu keluarga Prayawijaya, keluarga Astranom, dan keluarga
Trawangsa. Kepada ketiga keluarga inilah Bapak Tirtanom memberi pengajaran
melalui cerita dan tertanam benih-benih injil yang kemudian dari keluarga ini
menjadi cikal bakal warga jemaat GKJ Bangsa. Namun dalam perjalanan waktu, dari
ketiga keluarga tersebut mengalami pergumulan dalam aliran kepercayaannya.
Akhirnya hanya keluarga dari keturunan
Bapak Astranom yang berkembang, menumbuhkan jiwa-jiwa yang percaya kepada Tuhan
Yesus dan tetap menjaga kepercayaan hatinya kepada Tuhan Yesus.
Garis keluarga keturunan Trah Astranom yang
berkembang dan tetap menjaga kepercayaan mengikut Tuhan Yesus dan menjadi cikal
bakal GKJ Bangsa yaitu 1). Sardem; 2). Samar
(Arsawireja) dan 3). Tinem.[1]
Namun demikian yang berkembang dalam garis
keturunan tersebut hanya pada salah satu putra/putri Trah Astranom yang bernama
Sardem merupakan keturunan dari putra Astranon yang pertama. Sardem memiliki
Putra/Putri/keturunan yaitu : 1). Kartosuwiro (Mbah Mangun); 2). Wiryo Martono; 3). Surahmat Hadi Suwito; 4). Martinah; 5). Sutinah dan 6). Wiryosukarto/Sawin.[2]
Samar (Arsawireja) merupakan putra kedua dari Astranom yang memiliki
putra-putri sebagi berikut: 1). Tuginah ; 2). Warsito ;3). Slamet ; 4). Sunariyah; 5). Sarwono dan 6). Yusuf. Tinem merupakan putra ketiga dari
Astranom yang memiliki putra-putri/keturunan sebagai berikut: 1). Tuminah; dan 2). Dinah.[3]
Pada tahun 1928, datang seorang dari
Purbalingga seorang Guru Injil yang bernama Bapak Purwaatmaja di desa
Bangsa. Di Grumbul Kubang ini, Bapak
Purwaatmaja beserta istri dengan tekun membimbing dan melayani keluarga yang
telah percaya dan menerima Tuhan Yesus dengan misi kesehatan juga sebagai dukun
bayi (membantu wanita yang melahirkan). Pada tahun 1931, Guru Injil Purwaatmaja
dibantu seorang misionaris dari Belanda DR. B.J. Eisser. Misionaris DR. B.J.
Eisser dengan Guru Injil Bapak Purwaatmaja
bekerjasama, membeli tanah ”Hoegenaamd” (Perjanjian Jalan Beli
dengan menggunakan bahasa Belanda) dari Bapak Supyan. Pada tahun 1931, didirikanlah rumah ibadah yang
sangat kecil dan sederhana (terbuat dari bambu) di Desa Bangsa dekat jalan raya
di atas tanah ”Hoegenaamd” seluas 868 M2 milik pemerintah Hindia
Belanda waktu itu.
Rumah Ibadat/Gereja diresmikan pada tanggal 11 Oktober 1932 (Minggu Pon) oleh Pdt.
DR. B.J. Eisser dengan wilayah pelayanan sampai Kroya. Pendirian/
peresmian tempat ibadah ini sebagai wujud tumbuhnya benih benih iman jemaat di
wilayah Karangsari - Bangsa sebagai sarana berkumpul dan beribadah. (Maka dari itu tanggal 11 Oktober
yang sampai saat ini mengakar pada jemaat dan majelis GKJ Bangsa sebagai ulang
tahun GKJ Bangsa). Pada tahun 1933 DR. B.J Eisser mendampingi kawasan pelayanan yang
mencakup Purbalingga
– Banyumas. Cakupan pelayanan Pendeta utusan dari Belanda DR. B.J. Eisser (Purbalingga) yang telah
dibantu Guru Injil mendapingi wilayah
gereja Purbalingga, Karang Salam, Sambeng, Klampok, Pengalusan, Kertayasa, Banyumas,
dan Karangsari Bangsa.[4] Pelayanan beliu
berlangsung pada tahun 1955.
Dari tahun 1939 sampai dengan tahun 1955
adalah masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan bangsa Indonesia dan
masih dilayani oleh Guru Injil Bapak Purwaatmaja. Namun pada tahun 1955, Guru
Injil Bapak Purwaatmaja pindah ke Majenang untuk meneruskan penginjilan di
daerah lain. Penggantinya adalah Bapak
Sastrareja, Seorang Guru Injil dari Karanggedang, Sumpiuh. Beliau melayani GKJ
Bangsa dan GKJ Karanggedang sampai tahun 1965.
Pada 1966 peristiwa pembiakan/ pendewasan benih
– benih jemaat Tuhan di wilayah banyumas tepatnya di desa karangsari (Bangsa)
di dewasakan menjadi GKJ Bangsa[5].
(Tanggal
dan Bulan belum diketahui masih tahap penelusuran). Dari situlah GKJ Bangsa menjadi mandiri dan
memanggil Pendeta pertama. Di tahun 1965 gereja di Klasis Banyumas Selatan
mencoba memanggil pendeta sendiri dan GKJ Bangsa menanggil Bapak Hardjowasito (GKJ Karanggedang).[6]
Sebagai ganti Bapak Sastrareja, pada tahun 1965 datanglah Bapak Harjowasito ke
GKJ Bangsa yang kemudian diteguhkan menjadi pendeta GKJ Bangsa dan GKJ
Karanggedang pada tahun 1968. Selama tujuh tahun Bapak Harjowasito melayani GKJ
Bangsa. Pada tahun 1975 beliau memasuki masa pensiun/emiritasi.
Untuk menggantikan Bapak Harjowasito yang memasuki masa pensiun/emiritasi, saat
itu diutuslah Pdt. Ruslim Ranawijaya,
B.Th. pada masa pelayanannya, beliau melayani tiga tempat jemaat sekaligus
yaitu GKJ Bangsa, GKJ Karanggedang, dan GKJ Kroya sampai tahun 1982. Karena
dipanggil pelayanan di Jakarta, maka Pdt. Ruslim Ranawijaya meninggalkan GKJ
Bangsa, GKJ Karanggedang, dan GKJ Kroya untuk menjadi pendeta Satuan Angkatan
Udara (Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur). Sepeninggal Pdt. Ruslim Ranawijaya, maka ketiga gereja
tersebut berdiri sendiri-sendiri dan dilayani pendeta konsulen.
Pada tahun 2000 jemaat GKJ Bangsa dengan
kerinduannya ingin mempunyai pendeta sendiri tercapai dengan ditahbiskan
pendeta sendiri di GKJ Bangsa atas diri Pdt. Yohanes Setyo Endro Widiartoto
Sanjoyo, S.Ag. Namun dalam pelayanannya ada kendala, sehingga tidak berlangsung lama hanya 5 tahun (dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2005).
Pada tahun 2004, masa kepemimpinan pendeta di
GKJ Bangsa kembali kosong dikarenakan berbagai kendala dan kondisi. Pada tahun
2004 – 2015 kepemimpinan pendeta di GKJ Bangsa dibantu Pendeta konsulen di
lingkungan GKJ Banyumas Selatan sampai saat ini.
Pada tahun 2015
tepatnya bulan September sampai desember awal (tahap Orientasi) GKJ bangsa kembali melakukan
Proses Pemanggilan Pendeta. Dan pada tanggal 20 Desember 2015 terjadi peristiwa
Pemilihan Calon Pendeta dengan hasil yang mengejutkan dan tidak di sangka, hali
ini menjadi rekor sejarah GKJ Bangsa dan Sinode GKJ, karena hasil pemilihan
100%. Pada 16 Januari 2016 Panitia Pemaggilan Pendeta, beserta Majelis GKJ
Bangsa membayong Sdr. Maranatha Aji Kusuma, S,PdK Lulusan Teologia PAK UKS
lulusan 2012 berasal dari GKJ Wonogiri). Calon Pendeta atas diri Sdr. Maranatha
Aji Kusuma, S.PdK telah melewati masa pembimbingan dan Ujian Peremtoar di
Sidang Reguler dan Istimewa Klasis Banyumas Selatan bertempat di GKJ Jeruk Legi
Margi Rahayu. Saat ini sedang memasuki masa Vikariat.
[1]Hasil wawancara jemaat
Sunariyah
[2] Hasil wawancara jemaat
Wiryosukarto
[3] Hasil Wawancara Marto Atmojo
[4] S.H Soekotjo, Sejarah Gereja – Gereja Kristen
Jawa Jiiid 1 di bawah Banyang-banyang Sending 1858 – 1948 , Kawasan Banyumas –
Purbalingga, Yogjakarta – Salatiga: Taman Pustaka –
Lembaga Studi dan Pengembangan (LSP), 2009: hlm.
423.
[5] Buku kenagan Pembiakan Klasis Banyumas Selatan
dengan klasis citanduy/ Buku Agenda
Sinode dan bukti Akta – akta sidang sebelum tahun 1966 utusan GKJ Bangsa masih
bergabung dengan GKJ yang lai.
[6]S.H Soekotjo, Sejarah Gereja – Gereja Kristen
Jawa Jiiid 2 Merajut Usaha Kemandirian
1850 – 1985 , Klasis banyumas Selatan, Yogjakarta – Salatiga : Taman
Pustaka – Lembaga Studi dan Pengembangan (LSP), 2010, hlm. 323