Bahan Persekutuan Doa Sepekan Bagi Seluruh Warga Jemaat GKJ Bangsa
7 September -13 September 2020
Saat Teduh, Pujian (silahkan Memilih Lagu Sendiri), Doa Memohon Pimpinan
Tuhan dalam melakukan Persekutuan Doa ini supaya melalau Firman Tuhan dapat
mengerti apa kehendak Tuhan,
“Biarkanlah anak-anak itu,
janganlah
menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku”
(Pdt. Aris Widaryanto (Ketua Umum Sinode GKJ))
Kesaksian
Alkitab
Semua naskah Injil dan surat Rasul Paulus
membuktikan bahwa sakramen perjamuan adalah esensial. Semua naskah tersebut
memberikan tekanan bahwa sakramen perjamuan bukanlah suatu peristiwa yang
bersifat individual, melainkan dalam segala hal dan segi sangat kena-mengena
dengan hakikat hidup berjemaat. Namun naskah-naskah tersebut – bahkan seluruh
naskah Perjanjian Baru lainnya – tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai
siapa yang boleh dan tidak boleh turut serta dalam sakramen perjamuan.
Paulus adalah satu-satunya orang yang
memberikan kata-kata peringatan soal praktik sakramen perjamuan di dalam jemaat
Korintus. Tetapi di dalam suratnya, ia tidak menyinggung sama sekali soal umur
maupun jenis kelamin orang yang boleh turut serta dalam pelayanan sakramen
perjamuan. Ia justru memberi tekanan kepada sadar-tidaknya dan yakin-tidaknya
jemaat yang akan ambil bagian dalam sakramen perjamuan mengenai hakikat gereja
sebagai tubuh Kristus.
Kesaksian-kesaksian tersebut menunjukkan
bahwa sakramen perjamuan sudah dilaksanakan oleh Gereja Perdana sejak awal
kelahirannya. Di dalam kehidupan jemaat mula-mula tersebut, semua orang yang
sudah dibaptis – termasuk anak-anak – diizinkan turut serta dalam pelayanan
sakramen perjamuan, bahkan dapat berpartisipasi secara aktif di dalam
pelayanan tersebut.
Kesederhanaan dan sikap Perjanjian Baru
yang tidak banyak berkata-kata mengenai sakramen perjamuan memberikan kebebasan
kepada kita untuk dengan penuh tanggung jawab mencari bentukbentuk yang lebih
relevan, supaya kita dapat semakin menghayati karya penyelamatan Allah atas
manusia dengan baik. Sudah sepatutnya pula kita berharap bahwa gereja dengan kreatif
dan berani mengupayakan agar sakramen perjamuan dapat dirayakan kembali sesuai
dengan hakikatnya, yaitu sebagai sarana pemeliharaan iman bagi semua orang
yang percaya kepada Yesus Kristus.
Selain itu, kesaksian Alkitab juga
mengungkapkan bahwa sejak masa Perjanjian Lama, anak-anak mempunyai tempat
yang cukup sentral dalam jamuan makan setiap kali perayaan Paskah umat Israel
diselenggarakan. Pada masanya, Yesus juga sangat menghargai anak-anak. Ia
berkenan memeluk dan memberkati anak-anak (Mrk. 10:16). Ia bahkan menegur
murid-murid-Nya yang berusaha menghalang-halangi orang-orang yang membawa
anak-anak mereka datang kepada-Nya. Ia juga memberikan peringatan yang sangat
keras kepada setiap orang yang berusaha menyesatkan anak-anak (Mat. 12:15-16;
18:6, 10, 14; 19:13-14). Ia menerima pemberian roti dan ikan dari seorang anak
untuk menyediakan jamuan makan bagi lima ribu orang lebih (Yoh. 6:1-15).
Gereja
Perdana
Gereja Perdana pada awalnya merayakan
sakramen perjamuan sebagai bagian dari suatu perjamuan yang lebih besar (1 Kor.
11:17-34). Namun kebiasaan seperti itu sama sekali telah ditinggalkan pada
pertengahan abad II. Sakramen perjamuan dirayakan dengan memakan roti dan
anggur yang mereka anggap sebagai makanan yang kudus. Sebab mereka memahami
bahwa sakramen perjamuan adalah wujud kehadiran Kristus di dalam roti dan
anggur perjamuan (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:19-20; 1 Kor. 11:23-26;
bnd. Yoh. 6:48, 54).
Anak-anak orang-orang Kristen yang sudah
dibaptis diizinkan ikut serta dalam pelayanan sakramen perjamuan. Sebab
anak-anak tersebut sangat memerlukan makanan dan asuhan lanjutan, antara lain
dengan sakramen perjamuan. Pada masa itu, para rasul dan para pemimpin Gereja
Perdana juga belum memiliki pemikiran bahwa orang-orang yang sudah dibaptis itu
harus mencapai tingkat pengetahuan tentang agama Kristen yang lebih tinggi dan
perilaku yang lebih baik sebelum mereka diperkenankan menghadiri sakramen
perjamuan.
Bapa-bapa
Gereja
Pada masa Bapa-bapa Gereja, seiring dengan
perubahan zaman dan beragam tantangan yang harus dihadapi oleh gereja, mulailah
bermunculan perbedaan pendapat dan pertentangan tentang makna sakramen
perjamuan dan siapa yang boleh mengikutinya. Tetapi hingga akhir abad V,
pengaruh 2 Augustinus (354-430) masih cukup kuat. Anak-anak yang sudah dibaptis
diizinkan menerima roti dan anggur dalam sakramen perjamuan.
Abad Pertengahan rupanya menjadi abad
perubahan besar dalam kehidupan gereja, termasuk dalam hal sakramen perjamuan.
Pada masa itu, anak-anak tidak diizinkan lagi menerima sakramen perjamuan.
Mereka harus berproses cukup panjang sampai dianggap mampu menggunakan akal
budi mereka dengan baik. Sehingga muncullah ritus perpindahan, yaitu sidi atau
penguatan. Salah satu tokoh di balik perubahan tersebut adalah Thomas Aquinas (1225-1274).
Augustinus dan Thomas Aquinas memang hidup
pada masa yang jauh berbeda. Tetapi pendapat mereka yang saling bertentangan
itu hingga saat ini masih sering dikutip dan dijadikan dasar atau landasan
berbagai ajaran gereja. Akibatnya, hingga saat ini ada keanekaragaman praktek
pelayanan sakramen perjamuan di gereja-gereja.
Para
Reformator Gereja
Martin Luther berpendapat bahwa anak-anak
harus dididik dalam iman sebelum mereka ikut dalam sakramen perjamuan. Pada
masanya, ia juga ingin mempertahankan kebiasaan menyelenggarakan upacara
khusus, yaitu konfirmasi atau peneguhan sidi untuk menyertai sakramen perjamuan
pertama bagi anak-anak yang berumur antara 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua
belas) tahun.
Sedangkan Zwingli melihat sakramen (baik
baptisan maupun perjamuan) lebih sebagai tindakan jemaat – baik orang dewasa
maupun anak-anak – untuk mengakui imannya. Ia menetapkan bahwa sakramen
perjamuan hanya dirayakan empat kali dalam setahun, dan hanya boleh diikuti
oleh mereka yang sudah percaya kepada Kristus atau mereka yang telah mampu
mengungkapkan imannya.
Calvin sangat menekankan bahwa anak-anak
yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun harus dididik dalam iman. Itu sebabnya,
ia menciptakan suatu upacara yang berhubungan dengan kali pertama anak-anak ikut
serta dalam sakramen perjamuan. Menurutnya, anak-anak dapat diterima sebagai
peserta sakramen perjamuan setiap kali sakramen tersebut dilayankan;
setidak-tidaknya empat kali dalam satu tahun. Oleh karena itu, pelayanan
sakramen perjamuan harus diumumkan satu minggu sebelumnya, supaya anak-anak
yang hendak ikut serta dapat diuji dan para tamu serta anggota baru dapat
menghadap majelis gereja.
John Wesley mengartikan sakramen perjamuan
sebagai anugerah, tanda, dan simbol dari karya penebusan Kristus. Perayaan
tersebut dipahami sebagai suatu memorial (peringatan) akan pengorbanan Kristus
dan perjamuan persekutuan dengan Kristus. Sakramen perjamuan juga diyakini
sebagai perjamuan persekutuan dengan Tuhan yang baik kepada semua orang dan
penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Oleh sebab itu, bukan hanya
orangtua atau orang dewasa saja yang memerlukan persekutuan serta rahmat Tuhan
tersebut, tetapi anak-anak juga sangat memerlukannya.
Waktunya
Berubah
Praktik pemisahan sakramen baptisan dari
sakramen perjamuan jelas harus dikoreksi. Sebab sesungguhnya hal tersebut juga
berarti sebuah penilaian yang berbeda atas kedua sakramen itu. Untuk sakramen
baptisan seolah-olah boleh ditetapkan syarat yang lebih ringan dari sakramen
perjamuan. Hal ini jelas bertentangan dengan hakikat dan arti dari sakramen
baptisan maupun sakramen perjamuan.
Sesungguhnya tidak ada perbedaan mengenai
tingkat nilai antara sakramen baptisan dan sakramen perjamuan. Keduanya
merupakan pernyataan isi hakiki Injil. Keduanya merupakan tanda dan meterai
bahwa Allah telah melimpahkan rahmat-Nya kepada manusia melalui pengorbanan
Kristus pada kayu salib di Golgota yang mengaruniakan keampunan dosa dan hidup
yang kekal. Keduanya disajikan kepada setiap orang yang mendasarkan imannya
kepada penderitaan dan kematian Yesus Kristus yang mendamaikan dan pada kuat
kuasa kebangkitan-Nya. Bagi kedua sakramen itu dikehendaki keadaan hati yang
sama, yaitu kerelaan bertobat, kepercayaan akan Yesus Kristus selaku
Juruselamat dan Tuhan, dan kesediaan yang sungguh-sungguh untuk hidup menurut
perintah-Nya.
Itu sebabnya, apabila seseorang atau pun
seorang anak telah dipandang layak diterima di dalam persekutuan jemaat dengan
sakramen baptisan, maka mestinya ia juga layak pula turut menghadiri sakramen
perjamuan. Sebab sakramen perjamuan itulah yang memberi bentuk pada persekutuan
anggota-anggotanya di dunia ini dengan Kepalanya di sorga. Andaikata kita
berpendapat bahwa seorang anak itu belum matang imannya untuk turut serta dalam
sakramen perjamuan, maka selayaknya ia tidak dibaptis. Sebab sakramen baptisan
dan sakramen perjamuan tidak dapat dan tidak boleh 3 diceraikan dengan cara
demikian. Sakramen-sakramen itu amat penting artinya bagi kehidupan gereja. Sakramen-sakramen
itu juga merupakan faktor-faktor utama dalam membina kehidupan jemaat.
Kini, anak-anak yang telah berumur 7 (tujuh
tahun) sudah mampu dibimbing dan dipersiapkan untuk dapat menerima
pelayanan sakramen perjamuan. Melalui bimbingan orangtua dan dengan dibantu
gereja melalui katekisasi, kebaktian anak, serta melalui berbagai bentuk
kegiatan pembinaan lainnya, mereka akan dapat mengikuti dan menerima sakramen
perjamuan dengan baik.
Pelayanan sakramen perjamuan untuk
anak-anak pada dasarnya sama dengan pelayanan untuk orang-orang dewasa dan dilayankan
sesuai dengan kalender gerejawi. Sebaiknya anak-anak juga tidak dipisahkan dari
orangtua mereka, supaya peran orangtua yang harus bertanggung jawab membimbing
dan menghantar anak-anak mereka untuk dapat memahami dan menerima sakramen
perjamuan dengan baik dapat lebih dioptimalkan.
Refleksi
Teologis
Perjamuan malam terakhir Yesus bersama
murid-murid-Nya adalah perjamuan yang unik. Namun perjamuan tersebut tidak
dapat dipisahkan dari ucapan, tindakan, dan perjamuan makan Yesus lainnya. Ia
menyembuhkan banyak orang sakit, membebaskan orang-orang yang dirasuk setan,
serta menafsirkan Taurat dengan cara yang sangat mengherankan, tetapi juga
menjengkelkan. Ia bergaul dengan orang yang tidak diharapkan hadir di tengah
pergaulan orang banyak. Ia duduk satu meja dengan orang-orang Farisi yang
dikenal sebagai “orang-orang berdosa” dan lazim disamakan dengan para pemungut
cukai yang sangat dibenci masyarakat (Luk. 14:1-6; bnd. Mrk. 2:15-17; Mat.
11:18-19).
Ucapan dan tindakan Yesus membawa perubahan
secara radikal. Seorang berpenyakit kusta memperoleh hidup baru (Mrk. 1:40-45),
seorang pemungut cukai meninggalkan mata pencahariannya yang tidak halal (Mrk.
2:13-14), seorang yang dirasuk setan pulang ke rumahnya dalam keadaan sembuh
(Mrk. 5:19), bahkan jalan bagi banyak orang kafir menjadi terbuka (Mat. 8:5-13,
15:21-28). Dalam lingkup seperti itulah sakramen perjamuan itu seharusnya
ditempatkan. Yesus memecahkan roti dan membagikannya kepada semua yang hadir
tanpa memandang orangnya (Mrk. 6:34; 8:2).
Pada masanya, Gereja Perdana merayakan
sakramen perjamuan berdasarkan pengalaman iman mereka akan Yesus Kristus. Tiga
akar pengalaman pokok yang menjadi dasar penetapan pelayanan tersebut adalah:
1. Perjamuan makan
Yesus bersama orang-orang miskin dan berdosa sebagai tanda kehadiran Kerajaan
Allah.
2. Perjamuan malam
terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya.
3. Perjamuan makan
bersama Yesus yang bangkit dari kematian.
Isi dari perjamuan-perjamuan tersebut
adalah karya penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Di dalam perjamuan-perjamuan
tersebut Yesus hadir dan menciptakan persekutuan dengan orang-orang berdosa. Ia
menganugerahkan kepada mereka keselamatan-Nya, bukan kelak di dalam sorga,
tetapi mulai sekarang di dalam kehidupan di dunia ini (Mat. 9:9-13; bnd. Mrk.
2:13-17; Luk. 5:27-32).
Sakramen perjamuan adalah bagian dari
kehidupan iman umat Kristen yang khas. Melalui sakramen perjamuan umat
mengungkapkan iman percayanya dan secara khusus bersekutu dengan Kristus. Oleh
sebab itu, sudah sepatutnya anak-anak tidak dijauhkan dari sakramen tersebut,
supaya mereka dapat belajar percaya, mengungkapkan iman, dan bersekutu dengan
Tuhan, sejak masa kanakkakak. Mereka perlu diberi kesempatan untuk belajar
sambil melakukan dan mengalami banyak hal – termasuk soal sakramen perjamuan –
di dalam hidup mereka, supaya karya penyelamatan Allah atas mereka dapat lebih
mudah dihayati sejak dini.
Sudah waktunya gereja dan orang-orang
dewasa tidak lagi meremehkan anak-anak (bnd. Mat. 18:10). Sebab mereka juga
memperoleh tempat di dalam pelukan Yesus, bahkan Ia juga memberkati mereka
(Mrk. 10:16). Ia juga berkenan menerima pemberian roti dan ikan dari seorang
anak untuk menghadirkan mujizat dan jamuan makan bagi lima ribu orang lebih
(Yoh. 6:1-15).
Anak-anak yang sudah dibaptis adalah bagian
dari persekutuan keluarga Allah yang harus diterima apa adanya dan dipelihara
imannya dengan penuh tanggung jawab oleh para orangtua mereka dan gereja.
Memang anak-anak harus memahami makna sakramen perjamuan itu. Tetapi untuk
memahaminya, jelas mereka membutuhkan proses dan penjelasan yang cukup. Oleh
karena itu, 4 tindakan menunda keikutsertaan anak-anak dalam pelayanan sakramen
perjamuan sesungguhnya merupakan sebuah tindakan yang kurang bijaksana.
Mengajar anak-anak untuk memahami sesuatu,
memang bukan hal yang mudah. Namun itulah tugas dan tantangan bagi para
orangtua dan gereja untuk berproses bersama anak-anak. Sejak dini, anakanak
yang sudah dibaptis patut diajar dan diajak menikmati pelayanan sakramen
perjamuan, supaya mereka dapat mulai belajar memahami makna sakramen perjamuan
itu sebagai:
1.
Perjamuan
pengucapan syukur.
2.
Peringatan
akan Yesus Kristus.
3.
Pemberian
Roh Kudus.
4.
Perjamuan
persekutuan.
5.
Perjamuan
yang mengacu kepada perjamuan di masa depan.
Perjamuan yang Yesus inginkan adalah
seperti pada perayaan Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi
yang ditarik lebih jauh sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih
akan terjadi, dan dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah di masa
depan. Kenangan tidak berhenti pada peristiwa-peristiwa yang sudah lewat,
tetapi menempatkan umat dalam perspektif masa kini dan masa depan yang penuh
pengharapan. Selanjutnya ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya adalah “…
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19; bnd. 1 Kor. 11:24,
25).
Dengan
demikian, sakramen perjamuan tidak saja membawa kita untuk menoleh ke belakang
melihat masa lalu, tetapi juga mengajak kita untuk membuka kemungkinan melihat
kenyataan masa kini, dan menaruh pengharapan pada masa depan yang tertuju kepada
pembebasan yang telah lama dinanti-nantikan. Kini, “biarkanlah anak-anak
itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang
yang seperti itulah yang empunya Kerajaan sorga” (Mat. 19:13-14).
Bernyanyilah satu pujian (Bebas Memilih) dan akhiri dengan doa
Syukur serta Syafaat.
Tuhan Yesus Memberkati Kehidupan Kita Semua