Jumat, 04 September 2020

Pengakuan Iman mewujud Dalam tindakan - Matius 16 : 13-20 (ibadah minggu pagi 23 agustus 2020) Pengkotbah : Diaken Asih Pujiati

Pengakuan Iman mewujud Dalam tindakan - Matius 16 : 13-20 (ibadah minggu pagi 23 agustus 2020) Pengkotbah : Diaken Asih Pujiati  

Matius menyebut Yesus sebagai anak Daud anak Abraham Markus menyebut Yesus sebagai anak manusia Lukas menyebut Yesus sebagai anak Allah Yesus memberi kesempatan kepada para muridnya untuk menggambarkan dirinya berdasarkan pengalaman pribadi para muridnya hal ini tampak dari pertanyaan Yesus kepada muridnya dengan pertanyaan menurut kamu siapakah Aku ?



Lebih menarik lagi, hanya Petrus yang merespons pertanyaan itu Murid-murid yang lain diam saja. Apakah karena murid-murid yang lain belum mampu berteologi? Apakah karena mereka takut salah? Apakah karena mereka tidak spontan seperti Petrus? Tidak ada keterangan yang detail tentang alasandiamnya para murid itu. Yang kita tahu adalah bahwa setelah Petrus mengatakan kepada Yesus bahwa baginya Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup. Yesus segera meresponsnya dengan mengatakan: berbahagialah Engkau, engkau adalah Petrus: di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, kepadamu akan kuberi kunci kerajaan sorga. Sebuah respons yang memiliki makna luar biasa! Dalam respons tersebut, terlihat bahwa Yesus berkenan akan jawaban Petrus dan Yesus memberi tanggung jawab istimewa kepada Petrus. Kenapa bisa begitu? 

Padahal jika kita memperhatikan perikop selanjutnya, sekalipun Petrus menyebut Yesus sebagai Mesias, tetapi pemaknaannya akan Mesias berbeda dengan konsep Yesus. Buktinya, ketika Yesus menjelaskan bahwa Dia harus menderita sengsara dan wafat, Petrus segera menarik Yesus dan menyatakan ketidaksetujuannya. Tentu hanya Yesus yang tahu alasan dari respons-Nya yang luar biasa itu. Namun, jika kita memperhatikan pernyataan Yesus sesaat setelah Yesus menyatakan bahwa Petrus berbahagia, rasanya kita mendapati bahwa salah satu alasan Yesus adalah karena Petrus menyatakan pengakuan imannya tentang Yesus itu bukan karena kata orang, bukan karena terpengaruh suara mayoritas, melainkan karena Petrus mau mendengar suara Bapa sendiri. 


Hal tersebut terlihat dari pernyataan Yesus yang berbunyi " bukan manusia yang menyatakan hal itu kepadamu, melainkan Bapaku yang disorga” Terhadap sikap Petrus yang mendasarkan pengakuan imannya karena mendengar suara Bapa, Yesus menjadikan Petrus sebagai prototype kehidupan jemaat. Harapannya, jemaat yang lain pun bisa memiliki iman yang otentik, yang didasarkan pada kepekaannya memahami kehendak Tuhan, dan bukan sekadarikut- ikutan orang. 

Hal tersebut terlihat dari pernyataan Yesus: "Engkau adalah Petrus: Diaatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku". Hanya saja yang juga tidak boleh dilupakan adalah bahwa apapun bentuk pengakuan imannya, seharusnya hal tersebut dapat terlihat juga dalam perilaku, bukan sekadar ucapan. Hal inilah yang dingatkan oleh Rasul Paulus dalam Surat Roma. Awalnya, Rasul Paulus menjelaskan tentang pemahaman imannya kepada jemaat Roma, yang dibingkai dalam pernyataan yang berbunyi: "Sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya!". Setelah itu, Rasul Paulus melanjutkan tulisannya dengan memberi penjelasan tentang hal konkret yang mesti diperlihatkan oleh orang yang memiliki pengakuan seperti itu. Pengakuan itu mesti mewujud dalam tindakan. Adapun hal-hal konkret yang dimaksudkan Rasul Paulus adalah: mempersembahkan tubuh, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, karena itu ibadah yang sejati, menunjukkan pembaharuan budi, yaitu menyelaraskan seluruh kehidupannya kepada kehendak Allah, sebab kehendak Allah itu baik, berkenan, dan sempurna, harus menempatkan dan menerima diri dengan tepat, serta dapat menguasai diri; bisa runmangsa, aja rumangsa bisa.

 
KLIK TOMBOL HIJAU INI UNTUK BERTANYA KONSULTASI DENGAN PENDETA GKJ BANGSA VIA WHATSAPP - 085228765288
wa