Minggu, 01 Agustus 2021

TATA IBADAH MINGGU RUMAH TANGGA/ KELUARGA BULAN KEBANGSAAN Memelihara Kesatuan Roh Gereja Kristen Jawa Bangsa Minggu, 1 Agustus 2021

  Ibadah Rumah Tangga

1 Agustus 2021


PANDONGA


Gusti Allah, tuking karaharjan Lumebet ing wulan Agustus punika Kawula sami ngaturaken pamuji sokur Dhumateng Paduka

Allah ingkang tansah setya Ngreksa lan ngrimati para kagunganipun


Ing wulan punika, Bangsa kawula, Indonesia Mengeti kamardikanipun saking panguwaosing bangsa-bangsa sanes

saestu dhuh Gusti sadaya punika saged kalampahan amargi katresnan Paduka dhateng bangsa kawula Paduka ingkang sampun ngluwari

Kawula sami saking panandhang ingkang ageng


Dhuh Gusti,

Kepareng paduka tansah nglestantunaken Sih kadarman Paduka

Tumrap bangsa tuwin negari kawula Sinagedna kawula sami bangun gesang ingkang mbangun turut dhumateng Paduka


Sadaya berkah kawula suwun wonten ing Asmanipun Gusti Yesus Kristus

Amin


Bulan Agustu 2021 

Bulan Kebangsaan 

Menjadi Anak Bangsa yang Semakin Dewasa


SUB TEMA:

Kepribadian Multikultur Wujud Kedewasaan Kita Sebagai Anak Bangsa.

(1 Kor 14:20)


LATAR BELAKANG TEMA

Republik Indonesia sudah berusia 76 tahun, bila dihitung sejak proklamasi kemerdekaannya. Untuk ukuran manusia, usia itu bukan saja sudah dewasa, namun juga sudah sangat senior (telah banyak makan garam). Sebagai sebuah bangsa, sebenarnya juga bukan usia yang muda - terbukti Singapura, Malaysia, dan Tiongkok, dapat maju pesat dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia, kemajemukan budaya, bahasa, dan agama, menjadikan proses hidup maju menjadi tidak mudah. Maka tema : “Menjadi Anak Bangsa yang Semakin Dewasa” cukup relevan.

Sebenarnya pengalaman puluhan tahun sudah cukup mengajar kita bahwa kebhinnekaan perlu dihargai, jika kita mau sukses hidup bersama mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Bahwa Indonesia tidak tercerai-berai saja sudah merupakan prestasi yang patut disyukuri. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” sebenarnya mendorong kesadaran bahwa perbedaan, jika dilihat secara dewasa dan positif, justru dapat menjadi sebuah sinergi jika rakyat mau bersatu dengan saling menghargai. Jangan malah sebaliknya, hal yang banyak persamaannya dipertentangkan, dan hal yang memang berbeda-beda dipaksakan menjadi satu. Kedewasaan seseorang sebenarnya tidak hanya dilihat dari umur, namun lebih di lihat dari kedewasaan sikap dan karakter, yakni yang berwawasan luas, jernih dalam berpikir, tidak reaktif, serta berpikiran maju dan terbuka.

 

SUB TEMA: KEPRIBADIAN YANG MULTIKULTUR

Dengan tema di atas, untuk Bulan Kebangsaan Tahun 2021 secara khusus dipilih subtema “Kepribadian Multi Kultur Wujud Kedewasaan Kita Sebagai Anak Bangsa”. Ini terkait fakta bahwa di saat usia bangsa sudah begitu “berumur”, masih banyak orang yang berpikir sempit dan tak mau hidup bersama bahkan bergaul dengan orang yang berbeda agama, suku, atau golongan. Prof. Dr. Nasikun dalam Sistem Sosial Indonesia (2004) menerangkan bahwa masyarakat multikultural bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural mempunyai subkebudayaan yang bersifat berbeda. Indonesia tentu contoh yang baik.

Mari kita tengok kebhinnekaan yang disebutkan dalam Alkitab. Di Korintus, khususnya sejak 1 Korintus 12, kesatuan yang saling melengkapi digambarkan seperti “tubuh” yang terdiri dari pelbagai organ yang memiliki keunikan dan kemampuan masing-masing. Sikap yang meremehkan orang lain karena berbeda dapat dinilai sebagai kekanak- kanakan (Ingris: childish) sebab kedewasaan dapat dilihat dari kemampuan untuk mengerti dan menghargai orang lain. Sebuah bangsa yang masih terus menerus mempermasalahkan perbedaan yang berdasarkan pengalaman, peran, serta fungsi diri sendiri saja, juga dapat dinilai sebagai belum dewasa. Sayangnya hal itu juga masih terjadi di Indonesia, bahkan tahun-tahun belakangan ini makin marak. Hal itu misalnya nampak dengan maraknya ujaran kebencian di media sosial, masifnya hoaks yang begitu mudah diteruskan ke orang lain, terlebih yang berkenaan dengan menguatkan identitas kelompok. Pakaian sekolah sesuai penganut agama mayoritas masih diwajibkan oleh pemerintah daerah tertentu. Upaya bom di tempat ibadah dan fasilitas umum juga masih terjadi (meski kebanyakan berhasil dicegah/diatasi). Peristiwa “pemancungan” yang bengis yang terjadi di Poso juga tidak mudah untuk diatasi/diberantas, meski pelakunya secara jumlah tidaklah banyak

Masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa orang dapat makin maju dan memperbaiki kekurangan jika menyadari apa yang kurang pada dirinya. Selanjutnya orang lebih mudah melihat kekurangan pada dirinya jika bergaul dengan orang yang berkultur (suku, agama, kebiasaan, bahasa dll) yang berbeda. Banyak orang mudah berprasangka sebab menutup telinga terhadap informasi dari luar. Banyak yang salah sangka, sebab hidup di kalangan tertentu saja sehingga tidak memahami orang lain, sehingga kurang kesadaran adanya konteks yang berbeda. Itu terjadi karena kurangnya kesiapan untuk membuka diri guna dan berdialog dengan yang berbeda. Perbedaan pendapat bahkan berkembang menjadi amarah dan ujaran kebencian, bahkan kata-kata yang memprovokasi kekerasan. Tentunya kita tidak menginginkan hal itu, maka pola pikir dan sikap yang “kekanak-kanakan” ini harus ditransformasi menjadi lebih dewasa.

Dengan perubahan jemaat yang dapat makin bertumbuh dalam kedewasaan, maka rasa iri hati, prasangka buruk, dendam, keserakahan, kebencian, dan pelbagai “perbuatan daging” patutlah dibuang. Sebaliknya jemaat melatih diri dengan hidup yang bersyukur dan memberkati melalui kegiatan (bersama komponen anak bangsa lain) yang mendewasakan yang membentuk kesadaran multikultur, termasuk melalui aktivitas-aktivitas di Bulan Kebangsaan di masa ini.


KEGIATAN YANG DISARANKAN

Sebagaimana biasa, Bulan Kebangsaan ini dapat dihayati dengan ibadah minggu dengan tema khusus, Pembelajaran Alkitab (PA), serta Persekutuan Doa (PD), maka di aras gereja tiap gereja/klasis dapat saja memilih program sendiri yang mendorong kesadaran kedewasaan dalam bersikap di tengah orang-orang yang berbeda. Kita juga bisa “mengintip” pelaksanaan aktivitas penyadaran melalui tindakan nyata, khususnya kegiatan lintas kultur di Sekolah Kebhinekaan Klasis Gunung Kidul GKJ. Jika kita tidak berkesempatan mengikuti secara langsung, kita bisa melihatnya melalui media sosial (seperti YouTube).

Selain itu kita juga dapat mengikuti podcast tanya jawab tentang apa yang semestinya sudah, tengah, dan akan dicanangkan pemerintah, terutama Kementerian Agama. Kita bisa tahu apa sebenarnya yang menjadi pandangan dan perjuangan Menteri Agama. Kiranya serangkaian kegiatan ini dapat memperluas wawasan kita, menyempurnakan kesadaran kita, dan mengasah akal budi kita dalam terang hikmat Tuhan, dan peran kita makin nyata sebagai terang dan garam yang melayani dan membangun masyarakat dan kehidupan kebangsaan kita!







TATA IBADAH MINGGU RUMAH TANGGA/ KELUARGA 

BULAN KEBANGSAAN

Memelihara Kesatuan Roh

Gereja Kristen Jawa Bangsa

Minggu, 1 Agustus 2021


PERSIAPAN  IBADAH


IBADAH

VOtUM & SALAM (BERDIRI)

P Ibadah minggu I Bulan Kebangsaan saat ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh

J Amin (3x) 

P Damai Kristus besertamu

J dan besertamu juga


NAST PEMBIMBING dan Pengakuan Iman 

P “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:2-3)

Demikianlah nats pembimbing ibadah saat ini


Doa pengakuan dosa

Pujian penyesalan : Kidung Jemaat 27 : 1 - 2 


BERITA ANUGERAH

P “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.” (Efesus 2:13-14) Demikianlah Berita Anugerah dari Tuhan

J Syukur kepada Allah


PUJIAN JEMAAT - Kidung Jemaat 387 : 1 - 2


PElAYANAN FIRMAN 

a. Doa Persiapan Firman

 

b. Bacaan Alkitab 1

 2 samuel 11:26-12-113a ;  Mazmur 51:1-12 ;  Efesus 4:1-16 ;  Yohanes 6:24-35

 

 Efesus 4:1-16 & Yohanes 6:24-35

Yang berbahagia ialah semua orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya dalam hidup sehari- hari. Haleluya

J Menyanyikan: Heleluya – Amin 3 (x)

Khotbah


MEMELIHARA KESATUAN ROH

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,

Memelihara sebuah ikatan tetap dalam kesatuan, ternyata memerlukan kesadaran, motivasi dan komitmen. Contoh: ketika pasangan akan memulai ikatan menjadi suami-istri, hidup berkeluarga, selalu diawali dengan bayangan yang ideal, indah dan bahagia selamanya. Mulai dari pra-wedding, saat janji pernikahan diikrarkan dan pesta dilangsungkan, yang ada gambaran bahagia. Akan tetapi dalam prakteknya, tidak semua hal indah dan sukacita itu tetap ideal. Beriring waktu mulai diterpa perkara, konflik, selisih paham serta kesulitan yang dapat merenggangkan ikatan kebersamaan. Pasangan ini diuji komitmennya dalam memelihara ikatan mula-mula, ketika salah satu pasangan kemudian berubah setia memilih berpaling pada perempuan lain.

Bagaimana menjaga roh kebersamaan/komitmen/ motivasi/ semangat tetap bersatu ketika salah satunya berubah tidak setia? Inilah yang menjadi tidak mudah dan membutuhkan kesadaran, motivasi, komitmen baru dan kerelaan berproses memperbaiki kesalahan.


Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,

Belajar menghidupi “komitmen baru” dari Jemaat Efesus. Ketika Paulus melihat potensi konflik baik ditengah keluarga, maupun jemaat karena perbedaan paham pengajaran keselamatan antara pantheisme (Allah ada dalam semua) dan “kasih karunia”, maka Paulus menekanan teologinya tentang “hidup sebagai orang yang dipanggil” dan dipilih oleh Allah dalam mendapatkan keselamatan dalam Yesus Kristus. (Ef 4:1). Dorongan Paulus agar jemaat memelihara relasinya dengan Yesus Kristus, sebagai

orang-orang yang dipanggilNya.


Nasehat Paulus jemaat harus mengupayakan komitmen dalam pelayanan, antara lain:

A. Memelihara relasi antar jemaat (ay 2), melalui sikap hidup yang baik: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu.

B. Memelihara kesatuan dengan Roh Kudus (ay 3-6) yang menuntun pada damai sejahtera. Ikatan kesatuan “tubuh Kristus/Jemaat” dengan “Roh Kudus” yang dipelihara ditandai dengan pemahaman teologis yang sama tentang siapa Allah Bapa (Tuhan), apa itu Iman dan Baptisan? Lebih jauh diterangkan bahwa Allah Bapa dari semua, di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Paulus memakai logika pantheisme untuk menegaskan ulang siapa Yesus Kristus itu! Yesus melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta, dengan mengatakan bahwa Yesus telah naik, dan ia juga akan turun ke bagian bumi yang paling bawah.

C. Mempertahankan Iman akan Yesus Kristus (ay 7-16). Paulus memberikan sebuah pandangan teologis dengan menganalog “kesatuan tubuh”, dimana Yesus Kristus adalah Kepala-nya sedangkan orang yang percaya adalah bagian dari tubuh itu. Jadi jika gereja dan jemaat adalah tubuhnya, maka yang memerintah dan menggerakan seluruh tubuh itu adalah Yesus Kristus, Sang Kepala gereja.

D. Memahami dan menerima karunia yang beragam untuk pelayanan pemeliharaan iman (ay 11-14). Paulus sangat menekankan perihal kebersamaan/ikatan jemaat yang terpelihara melalui pendidikan iman yang serius dalam jemaat. Itu sebabnya, sesuai dengan karunia masing-masing lalu ada jabatan gerejawi yang bertugas memelihara jemaat, baik sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala- gembala dan pengajar-pengajar. Tujuan dari pembagian kerja dalam pemeliharaan iman di jemaat yakni melibatkan bagian tubuh Kristus (gereja) sesuai karunianya, agar bersikap aktif melayani dan memperhatikan pertumbuhan gerejaNya (baik dalam hal iman, maupun ikatan saling menopang di antara jemaat dalam menghadapi persoalan). Adapun tugas utama pemangku jabatan tersebut yakni “memperlengkapi orang- orang kudus” (jemaat) dalam pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus (gereja).

Jadi gereja yang ikatannya sehat, berkomitmen memperhatikan bentuk “pemeliharaan iman” jemaatnya. Adapun pemeliharaan itu diwujudkan melalui: pengajaran gereja tentang Yesus Kristus/Injil, pendampingan bagi jemaat dalam menghadapi kesulitan, persekutuan yang bertumbuh (kualitas dan kuantitas), diikat oleh kasih Kristus, tegas dalam pengambilan keputusan terkait dengan sikap dan bahaya ajaran sesat. Semua itu didasari oleh sikap “kesadaran diri” untuk bertumbuh dan menumbuhkan persekutuan iman dalam gereja-Nya.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Yesus Kristus,

3. Menghidupi “Motivasi” mengikut Yesus sebagai “bagian tubuhNya”. Narasi Yohanes 6:24-35 ini merupakan kelanjutan dari kisah mujizat Yesus memberi makan 5000 orang. Pada bagian ini, menolong kita merefleksikan ulang perihal pentingnya motivasi seseorang mengikuti Yesus dimanapun dan kemanapun DIA pergi. Beberapa motivasi yang dapat kita renungkan:

A. Mengikut Yesus untuk mendapat kemudahan dan kelancaran rejeki. Yesus dipanggil sebagai “rabbi” (artinya Guru) (ay 25), seorang Yahudi yang paham dan mengerti isi Taurat, dan mengajar banyak orang tentang hidup dalam kesalehan. Pertanyaan yang diajukan “bilamana “rabbi” tiba di Kapernaum?” Tidak dijawab sesuai keterangan waktunya, melainkan apa maksud dibalik pertanyaan itu. Yesus katakan: “kamu mencari Aku bukan karena tanda, tetapi karena kamu telah makan roti dan menjadi kenyang!” (ay 26). Bagian ini menegaskan bahwa alasan orang banyak mengikut Yesus yakni untuk mendapatkan kemudahan dan kelancaran rejeki/makanan hari “itu”. Memakai kata lain, mengikut Yesus untuk mendapatkan kemudahan material dan kebutuhan hidup.

B. Menghidupi orentasi “hidup kekal”. Yesus memberikan dorongan, untuk dapat makan, orang harus mengupayakannya dengan cara “bekerjalah”(ay 27). “Bekerja” untuk mendapat makanan merupakan kelumrahan dalam hidup. Tetapi bekerja yang seperti apa yang membuat seseorang dapat bertahan dan memiliki orentasi bukan demi kebutuhan hidup harian saja? Kelanjutan dari dorongan “bekerjalah”, Yesus mengatakan “bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan yang dapat dimakan sampai kekal.” Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, Bapa melalui AnakNya. Yesus menawarkan sebuah orentasi dan motivasi kerja demi kelestarian hidup jangka panjang.

C. Untuk melatih pertumbuhan iman dalam bekerja. Yakni menghidupi misi diri agar berpadanan dengan kehendak Allah. Orang banyak nampaknya terpikat untuk hal yang sifatnya langgeng. Bekerja dan dapat makanan yang berlangsung terus sampai kesudahan zaman. Sehingga mereka merespon “pekerjaan apa yang harus diperbuat untuk mengerjakan pekerjaan Bapa?” Pekerjaan apa yang sesuai dengan kehendak Allah dan itu berdampak langgeng? Yesus menjawab: “hendaklah kamu percaya kepada DIA yang telah diutus Allah!” (ay 28-29). Apa maksudnya? Ini soal “iman = kepercayaan” yang harus dibangun dalam hidup dan bekerja. Yakni hidup dan bekerja dengan percaya kepada nama Yesus.

D. Untuk menghayati ikatan kebersamaan antara sesama pengikut Yesus. Iman pada Yesus akan terbukti ketika kesulitan dan perkara hidup harian dialami. Itu sebabnya secara logis, orang banyak butuh “tanda”. Apa tandanya bahwa apa yang dilakukan/ dikerjakan itu sudah sesuai dengan kehendak Bapa? Apa tandanya kalau Yesus bisa dipercaya, perbuatan Yesus seperti apa yang bisa membuat orang banyak mengimani kuasa nama Yesus? Ay 30-35, menjadi inti dialog yang disasar oleh Yesus. Bahwa ketika orang banyak mengalami kemudahan mengikutiNya, maka mereka akan tertarik pada rahasia kuasa dan mujizat yang diperbuatNya juga dalam kebersamaan. Tanda Yesus yang diberikan lebih tinggi dari tanda Musa.

Nenek moyang Israel dulu diberi tanda “manna dari sorga oleh BapaNya”. Tetapi, Yesus memberikan “jaminan perkataan, bahwa ada Roti Kehidupan” yang kekal dan melebihi “manna yang dari sorga”. Roti Kehidupan itu adalah Yesus sendiri.

Untuk memelihara kesatuan, baik sebagai keluarga maupun gereja, kita didorong untuk mengolah kesadaran diri, menghidupi motivasi mengikut Yesus, dan memiliki komitmen bersama. Ketika kita percaya pada kuasa nama Yesus yang diutus oleh Bapa sebagai sumber berkat, maka kita sedang terhubung langsung dengan Allah, Sang Sumber berkat. Jadi sebagai “gerejaNya”, memelihara relasi dengan Bapa, dilakukan dengan cara mengimani kuasa Yesus dalam hidup bersama sebagai satu ikatan “keluarga Kerajaan Allah”.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,

Sebagai komitmen kita bersama sebagai persekutuan orang yang percaya dan mengikuti Yesus, saya mengajak setiap jemaat untuk terlibat dalam menuliskan sebuah usulan solusi. Menuliskan pemikiran bersama bagaimana pemeliharaan kesatuan sebagai keluarga, gereja dan bagian masyarakat akan diwujudkan. Disamping kanan, kiri pada dinding sudah disediakan kertas plano…silahkan menuliskan satu pemikiran saudara, atau bahkan hal mendasar yang akan saudara lakukan untuk memelihara kesatuan itu. Contoh: menguatkan perkunjungan jemaat (jika untuk gereja); menghidupi cinta mula-mula (jika untuk keluarga), dst. Prosesi penulisan komitmen dilakukan saat akan keluar dari tempat ibadah, diakhir ibadah ini. Menuliskan komitmen diri terlibat dalam upaya pemeliharaan kehidupan bersama baik di keluarga maupun gereja, maka kita sedang membangun idealitas kebersamaan dalam roh yang sama, yakni damai sejahtera dan hidup kekal. Amin.



Saat teduh

PENGAKUAN IMAN RASUlI 


Dasar persembahan (Roma 12:1)


Pengumpulan Persembahan Kidung Jemaat 393 : 1 - 2


Doa persembahan, Syafaat dan penutup

 

PUjIAN PenGUtUSAN Kidung Jemaat 249:1- 2


BeRKAT

P  Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberI engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera

J (menyanyikan: Haleluya 5X, Amin3X).


 
KLIK TOMBOL HIJAU INI UNTUK BERTANYA KONSULTASI DENGAN PENDETA GKJ BANGSA VIA WHATSAPP - 085228765288
wa