Liturgi Ibadah Minggu, 27 Juni 2021
di rumah masing - masing
UJIAN KEIKHLASAN
Bacaan FT: 2 Korintus 8:7-15: Markus 5:21-43
PRAIBADAH
· Saat Teduh
· Jemaat menyanyikan KJ. 64:1-2 ”Bila Kulihat Bintang Gemerlapan”
Jemaat Berdiri
LITURGI PEMBUKA
Votum dan Salam
P : Di dalam syukur atas kekuatan di tengah rupa-rupa pergumulan kehidupan yang kita hadapi, marilah kita awali dan khususkan ibadah ini dengan pengakuan bahwa TUHAN, Sang Pencipta dan Pemelihara, adalah sumber keselamatan kita.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Yesus Kristus, Putera Tunggal-Nya, kiranya menyertai Saudara-saudara. Amin.
J : (Menyanyikan – “Amin, amin, amin”)
Jemaat Duduk
Ajakan Beribadah
P : Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian, sungguh kita bersyukur atas kekuatan yang Tuhan karuniakan dalam menjalani kehidupan. Kendati pun ada rupa-rupa pergumulan yang harus kita hadapi, Tuhan memampukan kita untuk melewatinya. Kiranya seluruh ibadah ini menjadi wujud ungkapan syukur kita kepada Tuhan, Sumber Kekuatan kita.
PENGAKUAN DOSA
· Pembacaan Hukum Kasih -- Matius 22:37-40
· Nyanyian Penyesalan dari KJ. 26:2,4 ”Mampir Dengar Doaku”
Jemaat Berdiri
BERITA ANUGRAH DAN PETUNJUK HIDUP BARU
P : Sebagai pelayan Tuhan, perkenankan saya menyampaikan bahwa bagi setiap orang yang dengan rendah dan tulus hati mengakui dosanya, Allah yang penuh kasih dan rahmat mengaruniakan pengampunan dosa.
Berita Anugerah : 2 Tesanolika 2:16-17.
Petunjuk Hidup Baru: Roma 12:9-11
J : Syukur kepada Allah.
Nyanyian Sukacita dari KJ. 395:1-2 ”Betapa Indah Harinya”
Jemaat Duduk
LITURGI SABDA
DOA
PEMBACAAN SABDA
· Bacaan Firman Tuhan : 2 Korintus 8:7-15: Markus 5:21-43
· Diakhiri dengan ucapan: ”Berbahagialah setiap orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan memeliharanya. Haleluya!”)
· Jemaat menyambut dengan “Haleluya! Amin!”
KHOTBAH
Saat Teduh/Hening
Jemaat Berdiri
Pengakuan Iman Rasuli
Jemaat Duduk
LITURGI PENGUCAPAN SYUKUR
PENGUCAPAN SYUKUR
Ajakan Bersyukur: 1 Tawarikh 29:17 Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka aku pun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita
Penghimpunan Persembahan menyanyikan KJ. 363:1-2 ”Bagi Yesus Ku Serahkan”
DOA PENGUCAPAN SYUKUR, SYAFAAT, DAN PENUTUP
Jemaat Berdiri
LITURGI PENUTUP
PENGUTUSAN DAN BERKAT
P : Dengan kerendahan hati, mari kita memohon berkat dan kekuatan dari Tuhan untuk menjalani hari demi hari dalam kehidupan kita. Terimalah berkatnya: TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
J : (menyanyikan ”Amin, amin, amin”)
WARTA JEMAAT
NYANYIAN PENUTUP
KJ. 370:1-2 ”Ku Mau Berjalan dengan Juru Slamatku”
UJIAN KEIKHLASAN
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Jika kita memiliki barang yang sangat berharga, apakah kita rela jika diberikan kepada orang lain? Tentu saja kita menjadi ragu atau malah enggan untuk memberikannya. Sesuatu yang berharga sangat sulit untuk dilepaskan begitu saja. Karena rasa cinta dan ikatan yang melekat pada sesuatu yang berharga itu. Hal berharga dalam hidup bisa dalam bentuk benda maupun seseorang yang kita cintai. Keluarga, sahabat adalah orang-orang yang begitu berharga dalam hidup kita. Kendaraan, rumah, perhiasan, ini pun bisa menjadi hal yang berharga bagi kita. Meskipun semua ini sulit untuk kita lepaskan dari hidup, namun kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini bersifat fana. Ada saat di mana kita pun mesti mengikhlaskan segala sesuatu yang berharga itu untuk kita lepaskan. Bacaan Alkitab saat ini mengajarkan kepada kita tentang tindakan merelakan segala sesuatu yang kita miliki untuk kebaikan yang lebih luas.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Kematian Saul dan Yonatan di medan perang telah membuat Daud bersedih hati. Di mata Daud, Saul dan Yonatan adalah orang- orang yang sangat berharga. Daud begitu mengasihi keduanya. Mereka memiliki ikatan yang sangat kuat. Terutama hubungan antara Daud dan Yonatan. Meskipun Saul begitu membenci dan hendak membunuh Daud, namun Daud tetap mengasihi Saul dan masih menganggapnya sebagai Raja Israel. Ikatan kasih itulah yang membuat Daud sedih dan marah ketika mendengar berita bahwa Saul dan Yonatan mati terbunuh. Kepedihan karena duka itu terwujud melalui tindakan Daud yang menyobek pakaian, meratap dan berpuasa sampai malam. Sedangkan kemarahan Daud terungkap ketika ia menyuruh anak buahnya untuk membunuh pemuda Amalek yang membawa berita tentang kematian Saul dan Yonatan. Karena diketahui bahwa dialah yang membunuh Saul. Kepedihan dan kemarahan Daud ini merupakan reaksi emosional atas kepergian orang-orang yang berharga. Namun seiring berjalannya waktu, Daud perlahan mengikhlaskan kepergian kedua orang yang dikasihinya itu. Kali ini dia mengekspresikannya melalui sebuah nyanyian (ay 19-27) yang mengungkapkan keikhlasan untuk melepaskan kepergian Saul dan Yonatan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Keikhlasan dalam hal memberi juga menjadi panggilan hidup orang percaya. Nasehat yang diberikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus mengajarkan kepada kita bahwa memberi dengan ikhlas akan mendatangkan kebaikan dan keseimbangan bagi sesama. Paulus mengajak jemaat Korintus untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan kasih dengan mengumpulkan dana bagi jemaat di Yudea (2 Korintus 1:16). Dalam ajakannya tersebut, Paulus menyinggung soal kemurahan hati jemaat Makedonia yang secara sosial-ekonomi lebih lemah ketimbang jemaat Korintus. Di sini Paulus tidak sedang ‘memanas-manasi’ sehingga jemaat Korintus merasa malu dan gengsi untuk memberi bantuan. Bagi Paulus kerelaan hati menjadi dasar dalam pelayanan kasih ini. Jika ingin memberi tentu berdasarkan apa yang ada, bukan yang tidak ada atau malah diada-adakan. Memberi dengan ikhlas itu bertujuan mendatangkan kebaikan bagi si pemberi maupun si penerima. Si pemberi tidak merasa terbeban dan si penerima juga bersukacia. Memberi bantuan dengan ikhlas juga berdampak akan terjadinya keseimbangan dalam kehidupan. Paulus dalam suratnya menyinggung bahwa bantuan jemaat Korintus bukan dalam rangka meringankan beban jemaat Yudea, melainkan supaya ada keseimbangan. Artinya bahwa, yang lemah dibantu oleh yang kuat, dan ada saatnya juga yang lemah ikut membantu yang kuat. Di sinilah kesimbangan itu terjadi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Di setiap pekerjaan ataupun pelayanan gereja selalu ada hambatan dan tantangan. Ketulusan kita diuji agar hambatan itu tidak menyurutkan tekad dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan dan pelayanan. Melalui bacaan Injil tadi, kita melihat Yesus pun menjumpai hambatan-hambatan di tengah karya pelayananNya. Sesaat setelah turun dari perahu, banyak orang berbondong- bondong mengerumuni Yesus. Lalu datanglah Yairus, seorang kepala rumah ibadat, yang meminta pertolongan Yesus karena anak perempuannya sedang sekarat. Perjalanan Yesus dan Yairus agak terhambat karena banyaknya orang yang mengerumuniNya. Baik Yesus maupun Yairus tidak merasa terganggu dengan keberadaan orang banyak tadi. Padahal mereka sedang tergesa- gesa. Belum lagi di tengah jalan tadi ada seorang perempuan yang sakit pendarahan yang sedikit menyita waktu perjalanan Yesus dan Yairus. Perempuan ini berusaha untuk mendapatkan kesembuhan dari Yesus. Tetapi tidak ada kesempatan bagi dia untuk berbicara dan meminta belas kasih Yesus. Karena banyaknya orang yang berdesak-desakan. Meski kesempatannya sangat tipis, namun perempuan ini percaya akan sembuh walau hanya dengan menyentuh jubah Yesus dari belakang. Tindakan perempuan ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan dengan sungguh- sungguh dan penuh ketulusan akan menuai hasil yang diharapkan. Sekalipun kesempatan yang didapat sangatlah kecil.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Peristiwa sembuhnya perempuan tadi tentu saja menyita waktu perjalanan Yesus dan Yairus. Ketika Yesus sedang bercakap dengan perempuan tadi, didapati kabar bahwa anak perempuan Yairus sudah mati. Pastinya Yairus merasa terkejut dan sedih mendengar berita tersebut. Namun menariknya adalah Yairus tidak kecewa dan marah apalagi menyalahkan perempuan tadi yang bisa saja dianggap sebagai penyebab kematian anaknya karena telah menghambat perjalanan Yesus. Sikap Yairus ini memperlihatkan bahwa ia tidak ingin membatasi karya pelayanan Yesus yang ditujukan kepada orang lain juga, meskipun ia ingin agar Yesus segera menolong anaknya. Yairus tulus dalam meminta sekaligus juga tulus dalam menerima kenyataan. Di akhir kisah kita melihat ketulusan hati Yairus ini berbuah indah, di mana anaknya yang sudah divonis mati tadi kemudian dibangunkan kembali oleh Yesus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Sebagai umat Tuhan, kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan melekat dalam kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat fana, tidak abadi. Ada saat di mana kita menerima dan memiliki segala sesuatu itu. Namun ada saatnya juga kita memberikan dan melepaskan apa yang kita miliki dan melekat dalam hidup. Kerelaan hati/keikhlasan adalah sikap yang perlu ditumbuhkan agar hidup kita tidak menjadi terbeban. Baik itu dalam hal memberikan apa yang kita miliki atau pun menerima segala sesuatu dalam kehidupan kita. Keikhlasan itu ibarat tangan yang selalu terbuka dalam meminta berkat Tuhan. ibarat tangan terbuka, kita selalu siap ketika Tuhan akan mengambil segala sesuatu yang kita miliki untuk menjadi milikNya ataupun menjadi milik orang lain. Melalui tangan yang terbuka kita juga akan menerima berkat Tuhan yang lain sebagai gantinya. Oleh karena itu, marilah kita menjalani kehidupan di dunia ini dengan penuh ketulusan hati. Amin.