MENJADI KAWAN, BUKAN LAWAN (Markus 9:38-50)
“Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk. 9:40)
Setara Institute pada 7 Januari 2020 merilis angka pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia, selama periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi. Ada 846 peristiwa pelanggaran. Namun, di balik itu, kita juga melihat tumbuhnya gerakan kerja sama lintas iman, khususnya di kalangan orang muda.
Tak dapat dimungkiri, perbedaan keyakinan sering menjadi tembok pemisah antar kelompok. Para murid Yesus pada masa lalu juga mengalami hal demikian. Hal itu bisa terjadi karena mereka berpikir bahwa hanya mereka yang bisa melakukan mukjizat dalam nama Yesus. Tetapi, Yesus menegur mereka dan mengatakan bahwa barangsiapa tidak melawan kita, ia ada dipihak kita. Lebih jauh, Ia mengajak para murid-Nya untuk selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain. Artinya, Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk mencari dan menjadi kawan, bukan mencari lawan hanya karena melihat perbedaan. Atau, merasa terancam ketika ada sebuah kesamaan atau perbedaan. Yang lain bukan ancaman, sehingga tak perlu ditakuti.
Di tengah situasi sosial yang mengancam kebebasan berkeyakinan seperti hasil penelitian Setara Institute di atas, kita perlu menghidupi ajaran Yesus secara lebih serius. Kekerasan hanya bisa ditangkal dengan kasih dan kerja sama. Karena itu, gerakan kerja sama lintas iman harus terus diluaskan, terlebih di tengah-tengah kaum muda. Semangat mencari dan menjadi kawan harus diperbesar, sehingga Indonesia memiliki masa depan.
Hidup damai itu dimulai dari mengubah cara pandang: orang lain yang berbeda ataupun yang sama bukan lawan, tetapi kawan.