Keluarga yang Melayani (Markus 10: 35-45)
Mari tiap anggota keluarga dan tiap-tiap keluarga kita mari menjadi “Ecclesia Domestica” atau “Gereja Rumah Tangga.” Kecemasan melibatkan adanya perubahan kebiasaan hidup dalam keluarga dan perlakukan antar anggota keluarga, juga keluar terhadap tetangga dan keluarga lainnya. Oleh karena itu, diperlukan stategi agar tidak mudah merasa cemas terhadap berita yang tidak benar. Kecemasan dan ketakutan melanda juga para murid Tuhan Yesus Kristus memberitahukan untuk ketiga kalinya bahwa Ia harus menempuh jalan salib yaitu jalan penderitaan. Ia akan diserahkan Allah ke dalam tangan manusia. Mereka adalah para pemimpin Yahudi dan orang Romawi yang tidak mengenal Allah (coba agak mundur, ayat baca 33). Namun ibu, bapak dan saudara-saudari, cerita tersebut tidak berakhir sampai di situ saja. Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. Namun murid Tuhan salah memahami pemberitahuan ini. Mereka menganggap Guri dan Tuhan -Yesus Kristus- akan menegakkan kerajaan mesianik di sana. Oleh karena itu mereka meminta kedudukan yang tertinggi dalam kerajaan-Nya (maknai ayat 37).
Tuhan Yesus dengan lemah lembut menunjukkan jalan salib penuh penderitaan, yang akan Dia lalui (ayat 38). Meski mereka akan mengalami penderitaan, seperti Guru mereka, tetapi Yesus tidak berhak untuk memberikan kedudukan kepada mereka (ulangi baca ayat 39-40). Allah akan menyediakan bagi orang yang berkenan kepada-Nya. Nats kita kali ini demikian; “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45) Tuhan Yesus mengingatkan mereka agar tidak seperti para pemerintah tirani (ayat 42).
Sebaliknya mereka harus jadi pemimpin yang menjadi hamba bagi orang lain, seperti teladan Yesus (maknai lagi ayat 43-44). Ia bukan hanya melayani mereka, tetapi juga memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (seperti bunyi ayat 44). Inilah paradigma baru tentang pemimpin pelayan dan kemuliaan melalui jalan salib yang harus dipahami dan diterapkan oleh murid-murid-Nya.
Mari ibu, bapak, saudara dan saudari, serta keluarga-keluarga, kita semua yang adalah persekutuan terkecil, mari wujudkan nyata sikap hidup yang saling melayani dalam kehidupan sehari-hari di pandemi kini. Tentulah berat, tetapi tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib dan tidak ada kehormatan tanpa melayani orang lain.