Jarkoni (Matius 23:4)
Tuhan Yesus
sedang membandingkan sikap orang
Farisi dan pemimpin agama dengan
kenyataan rusaknya orang-orang
ini. Sebenarnya Tuhan sangat menghormati
kedudukan orang-orang ini. Bahkan Tuhan Yesus menyuruh murid-muridNya untuk
menaati dan melakukan apa yang menjadi pengajaran mereka. Tetapi yang menjadi
persoalan adalah sikap pemimpin tersebut dalam tindakannya.
Pemimpin yang dikehendaki Tuhan Yesus adalah pemimpin
yang tidak saja mengajarkan saja tetapi juga melakukan apa yang diajarkan
kepada orang lain. Pemimpin yang sejati selalu melalukan aturan yang berlaku,
tidak hanya mengajarkan dan menyuruh orang lain melaksanakan aturan yang
berlaku. Tidak hanya “jarkoni”, bisa ujar nanging ora gelem nglakoni.
Orang-orang Farisi tidak hanya mengabaikan apa yang
diajarkan. Mereka melakukan semua aturan agama tidak untuk Tuhan, tetapi hanya
untuk memperoleh sanjungan dari orang lain. Cara hidup yang demikian tentu
dapat merusak kesucian agama. Segala yang dilakukan hanya untuk meninggikan
diri sendiri.
Seorang pemimpin tidak boleh memaksa orang lain untuk
menyebut dirinya seorang guru dan orang lain juga tidak perlu memberikan
penghormatan yang berlebihan. Pemimpin sejati harus mau belajar menjadi murid
yang mau melakukan ajaran gurunya dengan rendah hati dan hanya menyembah kepada
Allah sebagai Guru yang sejati. Meninggikan diri sendiri dapat menjadi
sandungan dalam kehidupan rohani.
Baik Pemimpin demikian juga umat harus ingat bahwa
kehormatan itu hanya bagi Tuhan Allah. Sedangkan kewibawaan pemimpin adalah
anugerah dari Allah yang harus mewujud dalam cara hidup seperti hamba, bukan
tuan. |*AW