Minggu, 09 November 2025

Allah Orang yang Hidup

 Allah Orang yang Hidup 

Pernyataan iman “Allah orang yang hidup” memiliki berbagai makna. Makna tersebut tergantung siapa yang mengucapkan. Bagi Ayub, pernyataan “Allah orang yang hidup” merupakan suatu lompatan iman, sebab di saat keterpurukannya ia semula menemukan Allah sebagai lawan yang menghancurkan kehidupannya. Namun akhirnya Ayub dapat mengimani Allah sebagai Penebusnya yang hidup. Bagi rasul Paulus, pada akhir zaman Allah akan menyatakan diri-Nya dalam kedatangan Kristus untuk menghukum “manusia durhaka” dan membawa umat percaya dalam kemuliaan-Nya. Karena itu umat dipanggil untuk merespons dengan hidup kudus. Bagi orang-orang Saduki, Allah orang yang hidup dipahami hanya terjadi dalam kehidupan di dunia ini saja. Setelah manusia mati, ia tidak akan menemukan kehidupan sorgawi. Sedang bagi Tuhan Yesus, Allah orang yang hidup dinyatakan dalam kehidupan di masa kini maupun dalam kehidupan setelah kematian. Di dalam persekutuan Allah yang hidup, umat memperoleh anugerah kehidupan.

Sikap percaya kepada Allah yang hidup, seharusnya membawa konsekuensi etis yaitu menghadirkan anugerah kehidupan Allah tersebut dalam realita kehidupan. Realita kehidupan di masa kini begitu bernilai sama halnya dengan keselamatan di masa mendatang. Karena itulah Allah orang yang hidup memperkenalkan nama-Nya kepada Musa sebagai: Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Walaupun para bapa leluhur Israel tersebut telah wafat, mereka diperkenankan hidup abadi dalam persekutuan dengan Allah. Sebab selama kehidupan mereka di dunia, mereka menghadirkan tanda-tanda keselamatan dan berkat Allah. Karena itu umat Israel dipanggil untuk percaya kepada Allah melalui kehidupan dan jalan hidup para bapa leluhurnya. Namun, apakah di masa kini kita masih menjumpai Allah orang yang hidup? Saya tidak membangun argumentasi berdasarkan dogma, tetapi melalui fenomena yang terjadi dalam kenyataan hidup sehari-hari, yaitu kehadiran para pemeluk agama yang agresif mematikan sesamanya. Ungkapan “agama sebagai rahmat” menjadi sekedar suatu pernyataan klise belaka. Bagaimana kita menyatakan “Allah orang hidup” di tengah-tengah realita umat beragama yang menghadirkan kematian bagi sesamanya?


 
KLIK TOMBOL HIJAU INI UNTUK BERTANYA KONSULTASI DENGAN PENDETA GKJ BANGSA VIA WHATSAPP - 085228765288
wa