ARAHAN YANG CERAH DI SAAT GELAP
Bacaan bagi perarakan Minggu Palma kali ini (Mrk 11:1-10) mengisahkan bagaimana Yesus disambut meriah oleh orang banyak ketika memasuki kota Yerusalem. Mereka telah mendengar pelbagai tindakan penyembuhan dan pengusiran roh jahat serta pengajarannya mengenai Kerajaan Allah. Mereka sadar, dia ini Mesias yang sudah lama ditunggu-tunggu. Harapan mereka, Allah segera akan membuat MesiasNya menunjukkan kebesarannya di kota suci-Nya. Dan memang akan terjadi demikian. Tetapi kebesaran Mesias ini berbeda daripada yang diidam-idamkan. Guna menyelaminya, marilah kita ikuti Kisah Sengsara pada Minggu Palma ini (Mrk 14:1-15:47) serta memetik hikmatnya.
Para imam kepala dan ahli Taurat merasa terancam oleh kehadiran Yesus karena ia hendak mengubah pusat ke-Yahudi-an, yakni Bait Allah, menjadi rumah doa bagi semua orang (lih. Mrk 11:17a = Yes 56:7) dan bukan sebagai lambang identitas orang Yahudi belaka. Mereka juga tidak menyukai ajaran Yesus bahwa manusia boleh mendekat kepada Allah dan memanggilNya "Bapa". Bagi para pemimpin tadi, sebutan ini sebuah hujatan. Oleh karenanya mereka berupaya menyingkirkan Yesus dengan "diam-diam", tanpa mengungkapkan alasan yang sesungguhnya (14:2). Dan lewat penguasa Romawi, mereka berhasil membuatnya dihukum mati pada salib.
Riwayat Yesus tidak tamat dengan penyaliban dan penguburannya. Ia tetap diingat. Kenangan ini menjadi sumber keteguhan kebenaran yang dipersaksikan Yesus di salib dan diakui oleh kepala pasukan (Mrk 15:39 "Orang ini benar Anak Allah"). Kenangan akan Yesus bahkan dikembangkan serta diperkaya dengan pengalaman orang-orang yang tidak mengenalnya secara pribadi. Dan kenangan ini menjadi sumber keteguhan iman mereka. Injil-Injil kemudian menjelaskannya dengan memakai gagasan dasar yang berasal dari Yesus sendiri, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang diperkenalkannya sebagai "Anak Allah", orang yang amat dekat pada-Nya. Begitulah Kerajaan Allah itu menjadi kenyataan dalam kehidupan. Mari menyambut kerajaan ini dan semakin menghidupinya.