Kekuasaan Sang Raja dalam hidupku yang Sejati adalah Yesus Kristus
Wahyu 1:4b-8, Yohanes 18:33-37
Di negara demokrasi seperti Indonesia, pemerintahan atau kekuasaan tertinggi negara berada di tangan rakyat. Dalam system pemerintahan ini, kekuasaan dibagi-bagi. Sehingga, kerap terjadi perebutan kekuasaan oleh karena banyak pihak ingin memperoleh kekuasaan yang lebih besar dari yang lain. Ini berbeda dengan system kerajaan, dimana kekuasaan terpusat berada di tangan sang raja. Siapa yang meraja akan sangat berdampak pada seperti apa kerajaan itu berada. Di minggu terakhir tahun liturgi yang disebut juga dengan Minggu Kristus Raja Semesta ini, kita kembali diteguhkan untuk menempatkan Yesus sebagai Raja atas hidup kita. Tuhan lah yang merajai hidup kita dan seluruh semesta.
Apakah yang dimaksudkan dengan Yesus sebagai Raja atas hidup kita? Dalam Yohanes 18:33-37, nampak diskusi antara Pilatus dengan Yesus. Pilatus mendengar berita yang tersebar dan tuduhan terhadap Yesus. Yesus dianggap sebagai pemberontak karena menyebut Diri-Nya sebagai Raja. Dalam pandangan orang Yahudi dan juga pemerintah Romawi, perkataan Yesus itu dianggap sebagai niat merebut kekuasaan. Namun, sesungguhnya yang sedang dipercakapkan oleh Yesus bukanlah kerajaan dunia. Yesus sedang berbicara tentang Kerajaan Sorga. IA tidak sedang berbicara tentang suatu wilayah atau kursi tahta kerajaan. Namun, IA sedang berbicara tentang KEKUASAAN yang IA miliki atas seluruh semesta. Ya! Yesus sedang menegaskan Diri-Nya sebagai Raja atas hidup kita!
Pemahaman ini penting, agar kita betul-betul dapat menempatkan Yesus sebagai Raja, dan menjalani hidup sebagai warga dari Kerajaaan Allah. Tentu saja, sembari memelihara agar sikap hidup kita tak jadi mendua. Sikap seperti ini tidak boleh terjadi. Pengakuan bahwa Yesus adalah Raja justru kita wujudkan lewat hidup keseharian.