Berorientasi Pada Allah
Yesaya 40:21-31; Mazmur 147:1-11, 20c ; 1 Korintus 9:16-23 ; Markus 1:29-39
Virus Korona telah membuat banyak orang Kristen bingung: dulu katanya kita harus selalu bersekutu di rumah Tuhan (baca: Gereja), sekarang ke gereja saja tidak boleh, ibadah malah di rumah; Selain itu ada lagi yang mengatakan, dulu selama ibadah, sama sekali kita tidak boleh pegang gawai, tapi sekarang harus ibadah menggunakan gawai; Ada lagi yang mengatakan, dulu bilangnya harus sering-sering perkunjungan, sekarang tidak boleh, apalagi buat lansia dan anak-anak. Virus Korona membuat perubahan hidup secara menyeluruh, tidak terkecuali dalam cara kita memahami tentang ibadah dan mempraktikkan ibadah.
Dalam menyikapi perubahan tersebut, ada yang secara keras melarang sama sekali kegiatan pelayanan di gereja. Namun, tidak sedikit yang berkata bahwa, ‘orang Kristen tidak perlu takut pada Korona, karen Tuhan yang menjamin hidupnya’. Manakah yang harus kita taati? Hal apakah yang harus kita lakukan?
Terkait dengan kehidupan yang terus menerus berubah, pemazmur memohon kepada Allah agar dia terus mampu fokus pada Allah dan segenap pengajaranNya. Segala hal yang terjadi di dunia boleh berubah dan pasti berubah, namun pemazmur ingin imannya tidak berubah, hanya tertuju kepada Allah.
Tema kita, tentang Berorientasi Pada Allah adalah sebuah ajakan untuk terus menerus mempertanyakan motivasi dan dasar-dasar kehidupan kita, apakah selalu tertuju bagi Allah? Fokus pada Allah bukanlah sebuah hal yang mudah. Oleh karena itu, di dalam Bulan Kepemimpinan yang kita rayakan bersama dengan seluruh jemaat di Sinode Wilayah Jawa Tengah ini, marilah kita belajar untuk menerapkannya (memiliki hati yang tertuju pada Allah) dimulai dari diri kita sendiri.