IBADAH RUMAH TANGGA RABU ABU & HUT SINODE GKJ
Gereja Kristen Jawa Bangsa
Rabu, 17 Februari 2021
(Berdiri)
PANGGILAN BERIBADAH
P: Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita masuki ibadah Rabu Abu dan HUT Sinode GKJ ke 90 ini dengan hati yang tertuju kepada Tuhan. Kita awali ibadah ini dengan bersama-sama Menyanyikan KJ 15 : 1 - 2 :"Berhimpun Semua"
VOTUM
P: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?
J: Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi
P: Ia tak kan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap
J: (menyanyikan Amin, Amin, Amin)
SALAM
PJ: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian
J: dan menyertai saudara juga
(Duduk)
KATA PEMBUKA
Pemazmur pernah berkata: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga: apabila angin melintasinya maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.“ (Mazmur 103:15-16). Itulah kita, manusia yang tinggi hati dan sering membanggakan diri. Melalui ibadah ini, kita akan bersama-sama belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam tema: Koyakkanlah Hatimu! Ketika hari ini kita mengkoyakkan hati utuk menuju pertobatan pasti ada jalan, ketika kita mengalami pertobatan deangan sungguh kita merasakan penuh kebagiaan seperti Hari ini HUT Sinode GKJ ke 90 mari kita dengan semangat untuk merasakan Amsal 3 : 16 - 18 dengan menyanyikan KJ 4:1,5 “HAI MARI SEMBAH”
PENGAKUAN DOSA
P : “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Saudara-saudaraku, kita adalah orang-orang yang patut dimurkai, kita adalah orang-orang yang berlumuran dosa…
PENGOLESAN ABU
Pemimpin Ibadah rumah tangga mengoleskan
P: Saudara-saudara, abu ini adalah lambang kerendahan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan…
Abu ini adalah lambang kefanaan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari bahwa kita ini debu dan akan kembali menjadi debu…
Abu ini adalah lambang permohonan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita sungguh-sungguh bertobat dan mengharapkan belas kasih Allah
BERITA ANUGERAH
P : Bagi setiap orang yang sungguh-sungguh bertobat, Tuhan menyatakan anugerah-Nya: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 18:1).
Demikianlah berita anugerah dari Tuhan
J : Puji dan syukur kepada Tuhan
KJ 40:1-2 “AJAIB BENAR ANUGERAH”
PELAYANAN FIRMAN
PF: (Doa Epiklese)
Matius 6:1-6, 16-21. Demikian Injil Yesus Kristus, yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya. HOSIANA.
J : (menyanyikan HOSIANA)
Khotbah: Koyakkanlah Hatimu!
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Apakah saudara pernah mendengar istilah “tobat sambal” atau dalam bahasa Jawa disebut dengan “kapok lombok?” Istilah tersebut sering dipakai untuk menggambarkan sikap pertobatan yang tidak sungguh-sungguh. Berikutnya, ada istilah “air mata buaya”, istilah ini mengandung makna kesedihan atau penyesalan yang palsu. Saat ini, kita bersatu hati dalam ibadah Rabu Abu, ibadah yang mengajak kita untuk secara serius merenung-resapkan makna pertobatan di hadapan Tuhan. Pertobatan yang bukan hanya tobat sambal dan tidak cukup dengan menitikkan air mata buaya.
Menurut Yoel 2:12, pertobatan yang dikehendaki Tuhan ialah pertobatan yang dilakukan “dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh”. Pertobatan sejati bukan sekadar aksi secara lahiriah, seperti yang lazim dilakukan pada masa itu, seperti: mengoyakkan pakaian, menaruh abu di kepala, mengenakan kain kabung, duduk dalam debu dan abu. Karena itu nabi Yoel berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu!” (ayat 13). Mengoyakkan hati adalah bentuk penyesalan mendalam atas kesalahan yang diperbuat. Mengoyakkan hati merupakan wujud kemauan untuk mematahkan, meremukkan hati yang penuh dengan dosa. Lalu, datang kepada Tuhan memohon belas kasih dan pengampunan-Nya.
Pemazmur meyakini bahwa Tuhan tidak memandang hina jiwa yang hancur serta hati yang patah dan remuk (Mazmur 51:19). Artinya bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan memulihkan jiwa yang hancur dan hati yang remuk. Rasul Paulus menyebut hal ini sebagai karya pendamaian yang dilakukan Allah di dalam Kristus (II Korintus 5:20-21). Dengan hati yang telah dibaharui kita menjalani hidup beriman setiap hari. Hidup beriman yang semata-mata tertuju kepada Tuhan. Maksudnya ialah bahwa segala sesuatunya kita lakukan untuk Tuhan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar kasih karunia Allah yang telah mereka terima tidak menjadi sia-sia. Ia memberikan contoh dan teladan bagaimana mensyukuri karunia Allah dalam hidupnya, yaitu dengan jalan menjadi pelayan Tuhan. Pelayanan itu dilakukannya dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
Bagaimana dengan kita? Bersedekah, berdoa dan berpuasa merupakan bagian dari praktik hidup beriman yang dijalani banyak orang. Bagi kita, Rabu Abu menandai dimulainya masa Pra-Paska yang seringkali diisi dengan Persekutuan Doa dan juga Aksi Puasa. Banyak jemaat melakukan Aksi Puasa disertai dengan pengumpulan sejumlah uang untuk Aksi Sosial/Kemanusiaan (sedekah). Perlu kita ingat bahwa doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan seharusnya dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang benar, yaitu karena dan untuk Tuhan. Doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan bukan sekadar kegiatan rutin gerejawi; Bukan pula untuk menarik simpati dan pujian dari orang lain, melainkan bentuk persembahan hidup kepada Tuhan.
Tuhan Yesus mengajarkan, baik sedekah, doa maupun puasa, harus dilakukan dengan “tersembunyi” (Matius 6:4,6,18). Makna tersembunyi adalah dikhususkan bagi Tuhan, dalam bahasa Jawa “sinengker”. Sebagaimana suatu persembahan yang dikhususkan bagi seorang raja, tidak patut untuk dipamerkan pada orang lain sehingga siapa saja bisa melihat bahkan menjamahnya. Demikianlah sedekah, doa dan puasa seharusnya hanya dikhususkan bagi Tuhan.
Selain itu, Tuhan Yesus juga mengajarkan agar karya dan hidup ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan harta di sorga (Matius 6:20). Harta adalah sesuatu yang dianggap berharga. Harta dunia bisa berupa uang, perhiasan, barang, tanah, rumah dan lain sebagainya. Tapi harta di sorga, apakah itu? Harta di sorga berarti sesuatu yang dianggap berharga di sorga. Dalam hal ini bukan lagi ukuran manusia yang dipakai melainkan ukuran Tuhan. Yang berharga di hadapan Tuhan ialah perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya (bdk. Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:21, “baik sekali perbuatanmu itu hambaku yang baik dan setia…”). Mengumpulkan harta di sorga dilakukan dengan jalan setia melakukan kehendak Tuhan.
Perlu ditekankan di sini bahwa mengumpulkan harta di sorga tidak sama dengan konsep mengumpulkan pahala (amal baik). Dalam konsep mengumpulkan pahala, pahala itu nantinya berguna menentukan nasib dan keselamatan seseorang. Namun mengumpulkan harta di sorga yaitu melakukan kehendak Tuhan, bermakna tidak menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang sudah diterima orang percaya (II Korintus 6:1). Mengumpulkan harta di sorga berarti menjalani hidup yang bermakna sebagai rasa syukur atas rahmat pengampunan dosa.
Terkadang kita lupa, bahwa hidup ini hanya sementara. Kita terlalu asyik dan terlalu sibuk mengumpulkan harta yang fana. Kita terlalu picik menilai segala sesuatu berdasarkan ukuran dunia. Dengan begitu, tanpa kita sadari, kita sedang menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang telah kita terima. Maka dalam hal ini pun kita perlu bertobat dengan sungguh-sungguh.
Memasuki masa penghayatan sengsara Kristus, mari kita nyatakan pertobatan sejati, baik di dalam hati maupun dalam hidup sehari-hari. Mari kita khususkan sedekah, doa, puasa dan karya setiap hari sebagai persembahan kita kepada Tuhan. Amin.
[ERY]
Saat Teduh
(Berdiri)
PENGAKUAN IMAN
P : Saudaraku yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini telah meneguhkan iman kita, maka marilah menyatakan pengakuan iman kita dengan bersama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
J : (Bersama-sama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli)
PERSEMBAHAN
J : Saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, marilah menyatakan syukur kepada Tuhan atas kasih dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita, dengan mengingat Mazmur 145:15-16, “Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup“
U: (menghaturkan persembahan dan pujian KJ 287b:1-3)
DOA PERSEMBAHAN & DOA SYAFAAT
PF: (Menaikkan persembahan & doa syafaat, diakhiri dengan Doa Bapa Kami)
PENGUTUSAN & BERKAT
P: Terimalah berkat Tuhan,
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera“ (Bilangan 6:24-26)
U: (menyanyikan HOSIANA 5x AMIN 3x).
IBADAH RUMAH TANGGA RABU ABU & HUT SINODE GKJ
Gereja Kristen Jawa Bangsa
Rabu, 17 Februari 2021
(Berdiri)
PANGGILAN BERIBADAH
P: Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita masuki ibadah Rabu Abu dan HUT Sinode GKJ ke 90 ini dengan hati yang tertuju kepada Tuhan. Kita awali ibadah ini dengan bersama-sama Menyanyikan KJ 15 : 1 - 2 :"Berhimpun Semua"
VOTUM
P: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?
J: Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi
P: Ia tak kan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap
J: (menyanyikan Amin, Amin, Amin)
SALAM
PJ: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian
J: dan menyertai saudara juga
(Duduk)
KATA PEMBUKA
Pemazmur pernah berkata: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga: apabila angin melintasinya maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.“ (Mazmur 103:15-16). Itulah kita, manusia yang tinggi hati dan sering membanggakan diri. Melalui ibadah ini, kita akan bersama-sama belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam tema: Koyakkanlah Hatimu! Ketika hari ini kita mengkoyakkan hati utuk menuju pertobatan pasti ada jalan, ketika kita mengalami pertobatan deangan sungguh kita merasakan penuh kebagiaan seperti Hari ini HUT Sinode GKJ ke 90 mari kita dengan semangat untuk merasakan Amsal 3 : 16 - 18 dengan menyanyikan KJ 4:1,5 “HAI MARI SEMBAH”
PENGAKUAN DOSA
P : “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Saudara-saudaraku, kita adalah orang-orang yang patut dimurkai, kita adalah orang-orang yang berlumuran dosa…
PENGOLESAN ABU
Pemimpin Ibadah rumah tangga mengoleskan
P: Saudara-saudara, abu ini adalah lambang kerendahan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan…
Abu ini adalah lambang kefanaan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari bahwa kita ini debu dan akan kembali menjadi debu…
Abu ini adalah lambang permohonan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita sungguh-sungguh bertobat dan mengharapkan belas kasih Allah
BERITA ANUGERAH
P : Bagi setiap orang yang sungguh-sungguh bertobat, Tuhan menyatakan anugerah-Nya: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 18:1).
Demikianlah berita anugerah dari Tuhan
J : Puji dan syukur kepada Tuhan
KJ 40:1-2 “AJAIB BENAR ANUGERAH”
PELAYANAN FIRMAN
PF: (Doa Epiklese)
Matius 6:1-6, 16-21. Demikian Injil Yesus Kristus, yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya. HOSIANA.
J : (menyanyikan HOSIANA)
Khotbah: Koyakkanlah Hatimu!
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Apakah saudara pernah mendengar istilah “tobat sambal” atau dalam bahasa Jawa disebut dengan “kapok lombok?” Istilah tersebut sering dipakai untuk menggambarkan sikap pertobatan yang tidak sungguh-sungguh. Berikutnya, ada istilah “air mata buaya”, istilah ini mengandung makna kesedihan atau penyesalan yang palsu. Saat ini, kita bersatu hati dalam ibadah Rabu Abu, ibadah yang mengajak kita untuk secara serius merenung-resapkan makna pertobatan di hadapan Tuhan. Pertobatan yang bukan hanya tobat sambal dan tidak cukup dengan menitikkan air mata buaya.
Menurut Yoel 2:12, pertobatan yang dikehendaki Tuhan ialah pertobatan yang dilakukan “dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh”. Pertobatan sejati bukan sekadar aksi secara lahiriah, seperti yang lazim dilakukan pada masa itu, seperti: mengoyakkan pakaian, menaruh abu di kepala, mengenakan kain kabung, duduk dalam debu dan abu. Karena itu nabi Yoel berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu!” (ayat 13). Mengoyakkan hati adalah bentuk penyesalan mendalam atas kesalahan yang diperbuat. Mengoyakkan hati merupakan wujud kemauan untuk mematahkan, meremukkan hati yang penuh dengan dosa. Lalu, datang kepada Tuhan memohon belas kasih dan pengampunan-Nya.
Pemazmur meyakini bahwa Tuhan tidak memandang hina jiwa yang hancur serta hati yang patah dan remuk (Mazmur 51:19). Artinya bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan memulihkan jiwa yang hancur dan hati yang remuk. Rasul Paulus menyebut hal ini sebagai karya pendamaian yang dilakukan Allah di dalam Kristus (II Korintus 5:20-21). Dengan hati yang telah dibaharui kita menjalani hidup beriman setiap hari. Hidup beriman yang semata-mata tertuju kepada Tuhan. Maksudnya ialah bahwa segala sesuatunya kita lakukan untuk Tuhan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar kasih karunia Allah yang telah mereka terima tidak menjadi sia-sia. Ia memberikan contoh dan teladan bagaimana mensyukuri karunia Allah dalam hidupnya, yaitu dengan jalan menjadi pelayan Tuhan. Pelayanan itu dilakukannya dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
Bagaimana dengan kita? Bersedekah, berdoa dan berpuasa merupakan bagian dari praktik hidup beriman yang dijalani banyak orang. Bagi kita, Rabu Abu menandai dimulainya masa Pra-Paska yang seringkali diisi dengan Persekutuan Doa dan juga Aksi Puasa. Banyak jemaat melakukan Aksi Puasa disertai dengan pengumpulan sejumlah uang untuk Aksi Sosial/Kemanusiaan (sedekah). Perlu kita ingat bahwa doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan seharusnya dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang benar, yaitu karena dan untuk Tuhan. Doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan bukan sekadar kegiatan rutin gerejawi; Bukan pula untuk menarik simpati dan pujian dari orang lain, melainkan bentuk persembahan hidup kepada Tuhan.
Tuhan Yesus mengajarkan, baik sedekah, doa maupun puasa, harus dilakukan dengan “tersembunyi” (Matius 6:4,6,18). Makna tersembunyi adalah dikhususkan bagi Tuhan, dalam bahasa Jawa “sinengker”. Sebagaimana suatu persembahan yang dikhususkan bagi seorang raja, tidak patut untuk dipamerkan pada orang lain sehingga siapa saja bisa melihat bahkan menjamahnya. Demikianlah sedekah, doa dan puasa seharusnya hanya dikhususkan bagi Tuhan.
Selain itu, Tuhan Yesus juga mengajarkan agar karya dan hidup ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan harta di sorga (Matius 6:20). Harta adalah sesuatu yang dianggap berharga. Harta dunia bisa berupa uang, perhiasan, barang, tanah, rumah dan lain sebagainya. Tapi harta di sorga, apakah itu? Harta di sorga berarti sesuatu yang dianggap berharga di sorga. Dalam hal ini bukan lagi ukuran manusia yang dipakai melainkan ukuran Tuhan. Yang berharga di hadapan Tuhan ialah perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya (bdk. Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:21, “baik sekali perbuatanmu itu hambaku yang baik dan setia…”). Mengumpulkan harta di sorga dilakukan dengan jalan setia melakukan kehendak Tuhan.
Perlu ditekankan di sini bahwa mengumpulkan harta di sorga tidak sama dengan konsep mengumpulkan pahala (amal baik). Dalam konsep mengumpulkan pahala, pahala itu nantinya berguna menentukan nasib dan keselamatan seseorang. Namun mengumpulkan harta di sorga yaitu melakukan kehendak Tuhan, bermakna tidak menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang sudah diterima orang percaya (II Korintus 6:1). Mengumpulkan harta di sorga berarti menjalani hidup yang bermakna sebagai rasa syukur atas rahmat pengampunan dosa.
Terkadang kita lupa, bahwa hidup ini hanya sementara. Kita terlalu asyik dan terlalu sibuk mengumpulkan harta yang fana. Kita terlalu picik menilai segala sesuatu berdasarkan ukuran dunia. Dengan begitu, tanpa kita sadari, kita sedang menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang telah kita terima. Maka dalam hal ini pun kita perlu bertobat dengan sungguh-sungguh.
Memasuki masa penghayatan sengsara Kristus, mari kita nyatakan pertobatan sejati, baik di dalam hati maupun dalam hidup sehari-hari. Mari kita khususkan sedekah, doa, puasa dan karya setiap hari sebagai persembahan kita kepada Tuhan. Amin.
[ERY]
Saat Teduh
(Berdiri)
PENGAKUAN IMAN
P : Saudaraku yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini telah meneguhkan iman kita, maka marilah menyatakan pengakuan iman kita dengan bersama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
J : (Bersama-sama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli)
PERSEMBAHAN
J : Saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, marilah menyatakan syukur kepada Tuhan atas kasih dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita, dengan mengingat Mazmur 145:15-16, “Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup“
U: (menghaturkan persembahan dan pujian KJ 287b:1-3)
DOA PERSEMBAHAN & DOA SYAFAAT
PF: (Menaikkan persembahan & doa syafaat, diakhiri dengan Doa Bapa Kami)
PENGUTUSAN & BERKAT
P: Terimalah berkat Tuhan,
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera“ (Bilangan 6:24-26)
U: (menyanyikan HOSIANA 5x AMIN 3x).
IBADAH RUMAH TANGGA RABU ABU & HUT SINODE GKJ
Gereja Kristen Jawa Bangsa
Rabu, 17 Februari 2021
(Berdiri)
PANGGILAN BERIBADAH
P: Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita masuki ibadah Rabu Abu dan HUT Sinode GKJ ke 90 ini dengan hati yang tertuju kepada Tuhan. Kita awali ibadah ini dengan bersama-sama Menyanyikan KJ 15 : 1 - 2 :"Berhimpun Semua"
VOTUM
P: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?
J: Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi
P: Ia tak kan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap
J: (menyanyikan Amin, Amin, Amin)
SALAM
PJ: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian
J: dan menyertai saudara juga
(Duduk)
KATA PEMBUKA
Pemazmur pernah berkata: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga: apabila angin melintasinya maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.“ (Mazmur 103:15-16). Itulah kita, manusia yang tinggi hati dan sering membanggakan diri. Melalui ibadah ini, kita akan bersama-sama belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam tema: Koyakkanlah Hatimu! Ketika hari ini kita mengkoyakkan hati utuk menuju pertobatan pasti ada jalan, ketika kita mengalami pertobatan deangan sungguh kita merasakan penuh kebagiaan seperti Hari ini HUT Sinode GKJ ke 90 mari kita dengan semangat untuk merasakan Amsal 3 : 16 - 18 dengan menyanyikan KJ 4:1,5 “HAI MARI SEMBAH”
PENGAKUAN DOSA
P : “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Saudara-saudaraku, kita adalah orang-orang yang patut dimurkai, kita adalah orang-orang yang berlumuran dosa…
PENGOLESAN ABU
Pemimpin Ibadah rumah tangga mengoleskan
P: Saudara-saudara, abu ini adalah lambang kerendahan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan…
Abu ini adalah lambang kefanaan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari bahwa kita ini debu dan akan kembali menjadi debu…
Abu ini adalah lambang permohonan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita sungguh-sungguh bertobat dan mengharapkan belas kasih Allah
BERITA ANUGERAH
P : Bagi setiap orang yang sungguh-sungguh bertobat, Tuhan menyatakan anugerah-Nya: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 18:1).
Demikianlah berita anugerah dari Tuhan
J : Puji dan syukur kepada Tuhan
KJ 40:1-2 “AJAIB BENAR ANUGERAH”
PELAYANAN FIRMAN
PF: (Doa Epiklese)
Matius 6:1-6, 16-21. Demikian Injil Yesus Kristus, yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya. HOSIANA.
J : (menyanyikan HOSIANA)
Khotbah: Koyakkanlah Hatimu!
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Apakah saudara pernah mendengar istilah “tobat sambal” atau dalam bahasa Jawa disebut dengan “kapok lombok?” Istilah tersebut sering dipakai untuk menggambarkan sikap pertobatan yang tidak sungguh-sungguh. Berikutnya, ada istilah “air mata buaya”, istilah ini mengandung makna kesedihan atau penyesalan yang palsu. Saat ini, kita bersatu hati dalam ibadah Rabu Abu, ibadah yang mengajak kita untuk secara serius merenung-resapkan makna pertobatan di hadapan Tuhan. Pertobatan yang bukan hanya tobat sambal dan tidak cukup dengan menitikkan air mata buaya.
Menurut Yoel 2:12, pertobatan yang dikehendaki Tuhan ialah pertobatan yang dilakukan “dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh”. Pertobatan sejati bukan sekadar aksi secara lahiriah, seperti yang lazim dilakukan pada masa itu, seperti: mengoyakkan pakaian, menaruh abu di kepala, mengenakan kain kabung, duduk dalam debu dan abu. Karena itu nabi Yoel berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu!” (ayat 13). Mengoyakkan hati adalah bentuk penyesalan mendalam atas kesalahan yang diperbuat. Mengoyakkan hati merupakan wujud kemauan untuk mematahkan, meremukkan hati yang penuh dengan dosa. Lalu, datang kepada Tuhan memohon belas kasih dan pengampunan-Nya.
Pemazmur meyakini bahwa Tuhan tidak memandang hina jiwa yang hancur serta hati yang patah dan remuk (Mazmur 51:19). Artinya bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan memulihkan jiwa yang hancur dan hati yang remuk. Rasul Paulus menyebut hal ini sebagai karya pendamaian yang dilakukan Allah di dalam Kristus (II Korintus 5:20-21). Dengan hati yang telah dibaharui kita menjalani hidup beriman setiap hari. Hidup beriman yang semata-mata tertuju kepada Tuhan. Maksudnya ialah bahwa segala sesuatunya kita lakukan untuk Tuhan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar kasih karunia Allah yang telah mereka terima tidak menjadi sia-sia. Ia memberikan contoh dan teladan bagaimana mensyukuri karunia Allah dalam hidupnya, yaitu dengan jalan menjadi pelayan Tuhan. Pelayanan itu dilakukannya dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
Bagaimana dengan kita? Bersedekah, berdoa dan berpuasa merupakan bagian dari praktik hidup beriman yang dijalani banyak orang. Bagi kita, Rabu Abu menandai dimulainya masa Pra-Paska yang seringkali diisi dengan Persekutuan Doa dan juga Aksi Puasa. Banyak jemaat melakukan Aksi Puasa disertai dengan pengumpulan sejumlah uang untuk Aksi Sosial/Kemanusiaan (sedekah). Perlu kita ingat bahwa doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan seharusnya dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang benar, yaitu karena dan untuk Tuhan. Doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan bukan sekadar kegiatan rutin gerejawi; Bukan pula untuk menarik simpati dan pujian dari orang lain, melainkan bentuk persembahan hidup kepada Tuhan.
Tuhan Yesus mengajarkan, baik sedekah, doa maupun puasa, harus dilakukan dengan “tersembunyi” (Matius 6:4,6,18). Makna tersembunyi adalah dikhususkan bagi Tuhan, dalam bahasa Jawa “sinengker”. Sebagaimana suatu persembahan yang dikhususkan bagi seorang raja, tidak patut untuk dipamerkan pada orang lain sehingga siapa saja bisa melihat bahkan menjamahnya. Demikianlah sedekah, doa dan puasa seharusnya hanya dikhususkan bagi Tuhan.
Selain itu, Tuhan Yesus juga mengajarkan agar karya dan hidup ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan harta di sorga (Matius 6:20). Harta adalah sesuatu yang dianggap berharga. Harta dunia bisa berupa uang, perhiasan, barang, tanah, rumah dan lain sebagainya. Tapi harta di sorga, apakah itu? Harta di sorga berarti sesuatu yang dianggap berharga di sorga. Dalam hal ini bukan lagi ukuran manusia yang dipakai melainkan ukuran Tuhan. Yang berharga di hadapan Tuhan ialah perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya (bdk. Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:21, “baik sekali perbuatanmu itu hambaku yang baik dan setia…”). Mengumpulkan harta di sorga dilakukan dengan jalan setia melakukan kehendak Tuhan.
Perlu ditekankan di sini bahwa mengumpulkan harta di sorga tidak sama dengan konsep mengumpulkan pahala (amal baik). Dalam konsep mengumpulkan pahala, pahala itu nantinya berguna menentukan nasib dan keselamatan seseorang. Namun mengumpulkan harta di sorga yaitu melakukan kehendak Tuhan, bermakna tidak menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang sudah diterima orang percaya (II Korintus 6:1). Mengumpulkan harta di sorga berarti menjalani hidup yang bermakna sebagai rasa syukur atas rahmat pengampunan dosa.
Terkadang kita lupa, bahwa hidup ini hanya sementara. Kita terlalu asyik dan terlalu sibuk mengumpulkan harta yang fana. Kita terlalu picik menilai segala sesuatu berdasarkan ukuran dunia. Dengan begitu, tanpa kita sadari, kita sedang menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang telah kita terima. Maka dalam hal ini pun kita perlu bertobat dengan sungguh-sungguh.
Memasuki masa penghayatan sengsara Kristus, mari kita nyatakan pertobatan sejati, baik di dalam hati maupun dalam hidup sehari-hari. Mari kita khususkan sedekah, doa, puasa dan karya setiap hari sebagai persembahan kita kepada Tuhan. Amin.
[ERY]
Saat Teduh
(Berdiri)
PENGAKUAN IMAN
P : Saudaraku yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini telah meneguhkan iman kita, maka marilah menyatakan pengakuan iman kita dengan bersama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
J : (Bersama-sama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli)
PERSEMBAHAN
J : Saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, marilah menyatakan syukur kepada Tuhan atas kasih dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita, dengan mengingat Mazmur 145:15-16, “Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup“
U: (menghaturkan persembahan dan pujian KJ 287b:1-3)
DOA PERSEMBAHAN & DOA SYAFAAT
PF: (Menaikkan persembahan & doa syafaat, diakhiri dengan Doa Bapa Kami)
PENGUTUSAN & BERKAT
P: Terimalah berkat Tuhan,
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera“ (Bilangan 6:24-26)
U: (menyanyikan HOSIANA 5x AMIN 3x).
IBADAH RUMAH TANGGA RABU ABU & HUT SINODE GKJ
Gereja Kristen Jawa Bangsa
Rabu, 17 Februari 2021
(Berdiri)
PANGGILAN BERIBADAH
P: Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita masuki ibadah Rabu Abu dan HUT Sinode GKJ ke 90 ini dengan hati yang tertuju kepada Tuhan. Kita awali ibadah ini dengan bersama-sama Menyanyikan KJ 15 : 1 - 2 :"Berhimpun Semua"
VOTUM
P: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?
J: Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi
P: Ia tak kan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap
J: (menyanyikan Amin, Amin, Amin)
SALAM
PJ: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian
J: dan menyertai saudara juga
(Duduk)
KATA PEMBUKA
Pemazmur pernah berkata: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga: apabila angin melintasinya maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.“ (Mazmur 103:15-16). Itulah kita, manusia yang tinggi hati dan sering membanggakan diri. Melalui ibadah ini, kita akan bersama-sama belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam tema: Koyakkanlah Hatimu! Ketika hari ini kita mengkoyakkan hati utuk menuju pertobatan pasti ada jalan, ketika kita mengalami pertobatan deangan sungguh kita merasakan penuh kebagiaan seperti Hari ini HUT Sinode GKJ ke 90 mari kita dengan semangat untuk merasakan Amsal 3 : 16 - 18 dengan menyanyikan KJ 4:1,5 “HAI MARI SEMBAH”
PENGAKUAN DOSA
P : “Tuhan memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Saudara-saudaraku, kita adalah orang-orang yang patut dimurkai, kita adalah orang-orang yang berlumuran dosa…
PENGOLESAN ABU
Pemimpin Ibadah rumah tangga mengoleskan
P: Saudara-saudara, abu ini adalah lambang kerendahan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari kerendahan kita di hadapan Tuhan…
Abu ini adalah lambang kefanaan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita menyadari bahwa kita ini debu dan akan kembali menjadi debu…
Abu ini adalah lambang permohonan. Mari kita oleskan di dahi sebagai tanda bahwa kita sungguh-sungguh bertobat dan mengharapkan belas kasih Allah
BERITA ANUGERAH
P : Bagi setiap orang yang sungguh-sungguh bertobat, Tuhan menyatakan anugerah-Nya: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 18:1).
Demikianlah berita anugerah dari Tuhan
J : Puji dan syukur kepada Tuhan
KJ 40:1-2 “AJAIB BENAR ANUGERAH”
PELAYANAN FIRMAN
PF: (Doa Epiklese)
Matius 6:1-6, 16-21. Demikian Injil Yesus Kristus, yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang memeliharanya. HOSIANA.
J : (menyanyikan HOSIANA)
Khotbah: Koyakkanlah Hatimu!
Saudara yang dikasihi Tuhan,
Apakah saudara pernah mendengar istilah “tobat sambal” atau dalam bahasa Jawa disebut dengan “kapok lombok?” Istilah tersebut sering dipakai untuk menggambarkan sikap pertobatan yang tidak sungguh-sungguh. Berikutnya, ada istilah “air mata buaya”, istilah ini mengandung makna kesedihan atau penyesalan yang palsu. Saat ini, kita bersatu hati dalam ibadah Rabu Abu, ibadah yang mengajak kita untuk secara serius merenung-resapkan makna pertobatan di hadapan Tuhan. Pertobatan yang bukan hanya tobat sambal dan tidak cukup dengan menitikkan air mata buaya.
Menurut Yoel 2:12, pertobatan yang dikehendaki Tuhan ialah pertobatan yang dilakukan “dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh”. Pertobatan sejati bukan sekadar aksi secara lahiriah, seperti yang lazim dilakukan pada masa itu, seperti: mengoyakkan pakaian, menaruh abu di kepala, mengenakan kain kabung, duduk dalam debu dan abu. Karena itu nabi Yoel berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu!” (ayat 13). Mengoyakkan hati adalah bentuk penyesalan mendalam atas kesalahan yang diperbuat. Mengoyakkan hati merupakan wujud kemauan untuk mematahkan, meremukkan hati yang penuh dengan dosa. Lalu, datang kepada Tuhan memohon belas kasih dan pengampunan-Nya.
Pemazmur meyakini bahwa Tuhan tidak memandang hina jiwa yang hancur serta hati yang patah dan remuk (Mazmur 51:19). Artinya bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan memulihkan jiwa yang hancur dan hati yang remuk. Rasul Paulus menyebut hal ini sebagai karya pendamaian yang dilakukan Allah di dalam Kristus (II Korintus 5:20-21). Dengan hati yang telah dibaharui kita menjalani hidup beriman setiap hari. Hidup beriman yang semata-mata tertuju kepada Tuhan. Maksudnya ialah bahwa segala sesuatunya kita lakukan untuk Tuhan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar kasih karunia Allah yang telah mereka terima tidak menjadi sia-sia. Ia memberikan contoh dan teladan bagaimana mensyukuri karunia Allah dalam hidupnya, yaitu dengan jalan menjadi pelayan Tuhan. Pelayanan itu dilakukannya dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
Bagaimana dengan kita? Bersedekah, berdoa dan berpuasa merupakan bagian dari praktik hidup beriman yang dijalani banyak orang. Bagi kita, Rabu Abu menandai dimulainya masa Pra-Paska yang seringkali diisi dengan Persekutuan Doa dan juga Aksi Puasa. Banyak jemaat melakukan Aksi Puasa disertai dengan pengumpulan sejumlah uang untuk Aksi Sosial/Kemanusiaan (sedekah). Perlu kita ingat bahwa doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan seharusnya dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang benar, yaitu karena dan untuk Tuhan. Doa, puasa dan sedekah yang kita lakukan bukan sekadar kegiatan rutin gerejawi; Bukan pula untuk menarik simpati dan pujian dari orang lain, melainkan bentuk persembahan hidup kepada Tuhan.
Tuhan Yesus mengajarkan, baik sedekah, doa maupun puasa, harus dilakukan dengan “tersembunyi” (Matius 6:4,6,18). Makna tersembunyi adalah dikhususkan bagi Tuhan, dalam bahasa Jawa “sinengker”. Sebagaimana suatu persembahan yang dikhususkan bagi seorang raja, tidak patut untuk dipamerkan pada orang lain sehingga siapa saja bisa melihat bahkan menjamahnya. Demikianlah sedekah, doa dan puasa seharusnya hanya dikhususkan bagi Tuhan.
Selain itu, Tuhan Yesus juga mengajarkan agar karya dan hidup ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan harta di sorga (Matius 6:20). Harta adalah sesuatu yang dianggap berharga. Harta dunia bisa berupa uang, perhiasan, barang, tanah, rumah dan lain sebagainya. Tapi harta di sorga, apakah itu? Harta di sorga berarti sesuatu yang dianggap berharga di sorga. Dalam hal ini bukan lagi ukuran manusia yang dipakai melainkan ukuran Tuhan. Yang berharga di hadapan Tuhan ialah perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya (bdk. Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:21, “baik sekali perbuatanmu itu hambaku yang baik dan setia…”). Mengumpulkan harta di sorga dilakukan dengan jalan setia melakukan kehendak Tuhan.
Perlu ditekankan di sini bahwa mengumpulkan harta di sorga tidak sama dengan konsep mengumpulkan pahala (amal baik). Dalam konsep mengumpulkan pahala, pahala itu nantinya berguna menentukan nasib dan keselamatan seseorang. Namun mengumpulkan harta di sorga yaitu melakukan kehendak Tuhan, bermakna tidak menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang sudah diterima orang percaya (II Korintus 6:1). Mengumpulkan harta di sorga berarti menjalani hidup yang bermakna sebagai rasa syukur atas rahmat pengampunan dosa.
Terkadang kita lupa, bahwa hidup ini hanya sementara. Kita terlalu asyik dan terlalu sibuk mengumpulkan harta yang fana. Kita terlalu picik menilai segala sesuatu berdasarkan ukuran dunia. Dengan begitu, tanpa kita sadari, kita sedang menjadikan sia-sia kasih karunia Allah yang telah kita terima. Maka dalam hal ini pun kita perlu bertobat dengan sungguh-sungguh.
Memasuki masa penghayatan sengsara Kristus, mari kita nyatakan pertobatan sejati, baik di dalam hati maupun dalam hidup sehari-hari. Mari kita khususkan sedekah, doa, puasa dan karya setiap hari sebagai persembahan kita kepada Tuhan. Amin.
[ERY]
Saat Teduh
(Berdiri)
PENGAKUAN IMAN
P : Saudaraku yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini telah meneguhkan iman kita, maka marilah menyatakan pengakuan iman kita dengan bersama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli
J : (Bersama-sama mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli)
PERSEMBAHAN
J : Saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, marilah menyatakan syukur kepada Tuhan atas kasih dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita, dengan mengingat Mazmur 145:15-16, “Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup“
U: (menghaturkan persembahan dan pujian KJ 287b:1-3)
DOA PERSEMBAHAN & DOA SYAFAAT
PF: (Menaikkan persembahan & doa syafaat, diakhiri dengan Doa Bapa Kami)
PENGUTUSAN & BERKAT
P: Terimalah berkat Tuhan,
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera“ (Bilangan 6:24-26)
U: (menyanyikan HOSIANA 5x AMIN 3x).